"Pa... beliin dong pa... kan malu, kalau setiap hari hanya di antar-jemput oleh mang Giman," Â Pintanya memelas sekali lagi. Namun Bagus anakku tetap diam.
"Paaa.... " Dito mengulangi ucapannya sekali lagi.
Kulihat Bagus hanya menatap anak sulungnya itu, dan kembali melanjutkan aktifitas sarapannya pagi itu. Melihat hal itu aku berinifiatif turut angkat bicara seraya mengampiri bagus dan Dito di meja makan.
Melihat kedatanganku, kulihat Dito menunjukkan reaksi tidak sukanya.
"Ada apa Gus? " tanyaku kepada Bagus
"Ini loh pak, Dito merengek untuk minta dibeliin motor," kata Bagus kepadaku.
Tak ingin suasana ini menjadi tidak enak, lalu aku menanyakan permintaan Dito secara langsung.
"Dito..." Sebisa mungkin aku mengatur intonasi suaraku agar tidak menyinggung cucu sulungku itu. "Benar Dito mau minta dibelikan motor sama papa?"
Dito hanya diam saat ku tanya seperti itu. Kuulangi lagi pertanyaanku dengan pertanyaan yang sama. Namun kali ini Dito menjawabnya walaupun dengan hanya anggukan kepala.
Aku kembali bertanya kepadanya.
"Memangnya alasan apa yang membuat Dito berpikiran untuk dibelikan motor "