Masih ingat tidak dengan kejadian kerusuhan 22 Mei di mana ada seorang warga yang menuduh brimob negara ini sudah disusupi oleh warga negara asing terutama dari Tiongkok? Penyebabnya adalah, si pelaku ini bertemu dengan polisi-polisi bermata sipit yang menutupi mukanya dengan masker. Tak ayal, postingan itu meluas dan sayangnya banyak yang percaya. Untungnya, pelakunya kini ditangkap.
Baca juga : Pria Penyebar Hoaks Brimob Mirip Tentara China Ditangkap
Kalau udah benci ya begitu ya. Gak habis pikir, kan? Sama! Apa nggak pernah jalan gitu dan mendapati bahwa Indonesia ini sangat beragam, termasuk dari penampilan secara fisik. Masyarakat Sumatra Selatan misalnya, di beberapa kawasan, orang-orangnya ya juga mirip kayak tionghoa. Putih dan bermata sipit. Ya kayak saya ini *ngakungaku hahaha.
Orang-orang yang tinggal di Lahat dan Pagaralam dikenal dengan penampilan yang seperti orang tionghoa itu. Orang Palembang asli juga sama, kayak ibu saya. Sayang saya banyak menurun dari Ayah sehingga lebih gelap haha. Untuk keberagaman lain seperti perbedaan agama, jumlah pemeluk agama lain di Sumatra Selatan khususnya Palembang juga cukup besar.
Satu Kelas 5 Agama
Ke-bhinneka tunggal ika itu sangat terasa saat saya kuliah. Bayangin aja, satu kelas komplet 5 agama. Alhamdulillahnya kita sekelas kompak. Jika hari raya kami biasanya saling berkunjung. Pun saat Ramadan tiba, semua menghormati. Mereka yang biasanya makan minum dengan lugas, jadi lebih mengatur waktu dan tempat walaupun saya pribadi sebetulnya ya gak masalah kalau mau makan dan minum depan saya.
Sebagian besar memang orang Tionghoa, apalagi yang beragama Buddha ya. Nah, tahu dong kalau orang tionghoa itu terkenal dengan semangat berjualannya. Nah, momen hari raya ini, baik saat Ramadan dan mendekati lebaran, mereka juga memanfaatkan dengan berjualan.
"Jualan apa?"
Ya macam-macam. Jualan kue, baju dsb. Pihak kampus juga biasanya mengadakan buka bersama dan bagi-bagi takjil gratis. Banyak mahasiswa yang ikut serta dalam aksi itu walau tak menjalankan ibadah puasa. Nah yang begini indah, bukan?
Banyak keberkahan dari bulan Ramadan yang juga dirasakan oleh penduduk non muslim. Terutama lagi yang berhubungan degan perdagangan. Udah tahulah ya kalau kebutuhan saat Ramadan meningkat. Nah, banyak yang ambil momen ini untuk merengkuh keuntungan. Apa saja bisa dijual. Terutama yang dibutuhkan saat ramadan.
Berkah silaturahmi juga akan terasa. Begitu lebaran, tinggal sanjo atau berkunjung ke rumah orang yang merayakan lebaran. Bisa jumpa, ngobrol seru dan kalau beruntung bisa dapet THR juga hehe. Intinya, selagi masyarakat dapat hidup berdampingan, maka ramadan di tengah keberagaman ini akan terasa sangat harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H