Dinda terbangun ketika azan subuh sayup-sayup terdengar. Dia membuka mata dengan malas-malasan. "Apa enaknya berlebaran tanpa bapak?" batinnya lagi. Sambil berusaha menahan rasa sedih, Dinda keluar dari kamar. Sepertinya ibu sudah bangun dan bersiap di dapur. Tak lama, Dinda mencium satu aroma yang sangat khas. Aroma yang hanya ada jika bapaknya ada di rumah. Harum kopi!
Bergegas Dinda lari ke dapur. Sayang, di dapur tidak ada bapak. Hanya ada ibu yang tengah mengaduk kopi di gelas. "Ibu buat kopi untuk siapa?"
"Untuk bapaklah."
Suara bapak terdengar dari belakang. Dinda cepat menoleh dan... benar saja, bapak berada di rumah. Luar biasa senangnya Dinda mendapati bapak ada di rumah. Dia berlari dan memeluk bapak. Bapak juga berulang kali menciumi pipinya yang masih bau hehe.
"Bapak kapan pulang?"
"Tadi malam, bapak tiba di rumah hampir tengah malam."
"Kok bapak nggak ngebangunin Dinda?" tanya Dinda sebal tapi senang. "Ibu juga tidak bilang kalau bapak akan pulang," rajuk Dinda.
"Ya kalau bilang kan nggak jadi kejutan lagi," jawab bapak.
Tak henti senyum terkembang dari bibirnya. "Oh ya, selamat ulang tahun ya, Pak," ujar Dinda lagi. "Loh, bapak kan ulang tahunnya masih lama?"
"Biarin, tapi kan ini 1 Syawal. Kan bapak lahirnya 1 Syawal, jadi sama saja dong."
"Hahaha begitu ya."