Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Desa Todo dan Melihat Niang Si Rumah Kerucut

11 April 2019   16:00 Diperbarui: 13 April 2019   13:56 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Niang si rumah kerucut. Dokumentasi pribadi

Oh ya, untuk menyusuri Niang yang ada di Todo, saya dan rombongan diwajibkan untuk mengenakan kain dan topi tradisional. Kainnya cakep, dan andai saja kalau saya mengenakan baju atasan yang lebih cocok, mungkin saya gantengnya udah kayak raja-raja Manggarai zaman dulu haha.

Ada 5 Niang di Todo. Di salah satu Niang, diyakini tersimpan sebuah gendang yang terbuat dari kulit manusia. Ew, terus terang, membayangkannya saja saya ngeri. Apalagi saat saya tahu kulit tersebut diambil dari tubuh seorang putri cantik yang diyakini punya kesaktian.

Kalau mau ke Todo, harus pakai kain khusus. Foto oleh Luthfi/Kompas.com
Kalau mau ke Todo, harus pakai kain khusus. Foto oleh Luthfi/Kompas.com

Jadi, dulu ada wanita cantik yang hidup di sekitaran Manggarai. Saya nggak tahu secantik apa, mungkin kayak Jennifer Lawrence, hehe. Perempuan yang masih keturunan India dan Bima dan kabur dari Bima karena bentrok adat India yang saat itu menentang lahirnya anak perempuan. Sehingga ia teracam untuk dibunuh.

Kabur dari Bima tak serta merta menjadikan ia selamat. Ia diperebutkan oleh tiga raja hingga terjadi konflik dan banyak jatuh korban jiwa. Lalu, dibuatlah satu kesepakatan diantara ketiganya. Yakni barangsiapa yang dapat menangkap dan menikahi wanita itu, ialah yang berhak jadi Raja Manggarai.

Ialah Raja Todo yang berhasil menangkap perempuan itu. Namun, alih-alih dinikahi demi menyudahi konflik, Raja Todo memutuskan untuk membunuh wanita sakti itu dengan cara tertentu. Saat kedua raja lain tahu bahwa wanita incarannya sudah mati, sejak itu pula Raja Todo memproklamirkan diri sebagai Raja Manggarai dan memersatukan mereka.

Ya anggap saja putrinya secantik ini hehe. Dokumentasi pribadi
Ya anggap saja putrinya secantik ini hehe. Dokumentasi pribadi

Tubuh wanita itu disimpan di Ndoso, namun sebagian kulitnya diambil dan dibuat gendang sebagai simbol pemersatu. Menurut Bapak Titus, di tahun 1989, ada seorang peneliti dari Polandia meminta sedikit kulit gendang itu untuk diteliti. Dari hasil penelitian, diyakini itu memang benar kulit manusia.

Sayang saat itu saya dan rombongan tidak masuk ke dalam Niang dan melihat langsung gendang tersebut. Bapak Titus meminta biaya sebesar Rp 150.000/orang jika ada yang mau melihat. Dengan berbagai pertimbangan, tim memutuskan untuk tidak masuk untuk melihat gendang tersebut. Di sisi lain, kami juga diburu waktu dan harus pindah ke desa lainnya.

Beda Niang di Todo dan Wae Rebo

Secara bentuk dan fungsi, Niang di Todo dan Wae Rebo sama saja. Bedanya di penyebutan. Di Wae Rebo, mereka menyebutnya Mbaru Gendang, sedangkan di Todo disebut Mbaru Niang. Sebagaimana yang terlihat, keunikan rumah ini ialah dari atapnya yang hampir menyentuh tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun