Saya mengajaknya untuk duduk di deretan belakang dan di pinggir dinding. Tapi ya, semua cowok ganteng --Julian maksudnya, saya mah ganteng banget hahaha, lambat laun akan terdeteksi, kan? Hehe, karena posisi laki-laki berada di depan, deretan ibu-ibu yang duduk di shaf belakang langsung menyadari. Bisik-bisik, wah ada bule, terdengar cukup jelas.
Sebelum berangkat ke masjid, saya sudah mengingatkan bahwa dia akan jadi pusat perhatian. Jika dia merasa tidak nyaman, dia bisa pulang.
Eh ternyata Julian betah duduk di masjid hingga salat tarawih selesai. Anak kecil yang ke sana-mari cari perhatian ditanggapinya dengan senyuman.
Sepanjang jalan dari masjid ke rumah, dia terus menerus mengucapkan terima kasih karena sudah diajak. Lha, kalau sudah begini, siapa coba yang gak meleleh.
Dia sangat berusaha untuk melebur ke aktivitas host-nya dan itu menurutku.... Keren! Alhamdulillah juga, respon warga masjid lain juga baik. Tidak ada yang menolak kehadirannya walaupun sepanjang prosesi tarawih dia hanya duduk dan pertanyaan para jamaah lain yang, "apa dia muslim?" kujawab dengan gelengan kepala.
Faktanya? Saya hampir menyerah untuk membangunkannya sahur. Saya berulang kali mengetuk pintunya, memangil namanya (dari yang pelan sampai setengah menjerit) namun dia tetap terlelap.
Ah, mungkin dia lelah hehe. Namun, ayah menyarankan agar saya masuk saja ke dalam kamarnya dan saya melakukannya.
Saya nyalakan lampu, saya bangunkan dia dan saya tanya apakah dia masih tetap tertarik berpuasa, and he said, "yes."
Kami menunggu di meja makan dan sosok tinggi jangkung itu perlahan berjalan menuju dapur dan... hup! Dia hampir terjatuh hahaha.
Dia jalan terhuyung-huyung seperti zombie dan kebetulan posisi dapur rumah kami lebih rendah. Melihat dia yang berjalan seperti mayat tidur kami semua tertawa. Benar-benar "tontonan" menarik dan jarang di rumah kami.