Biasanya nih, di penghujung Ramadan, saya selalu merasakan rasa penyesalan yang dalam takkala berfikir, "mestinya saya bisa lebih baik di Ramadan ini."Â
Atau, "sedikit sekali keberkahan Ramadan yang saya raup tahun ini," walaupun, yeah, sejak awal, saya pribadi sudah mempersiapkan beberapa hal untuk menyambut Ramadan meskipun rasa penyesalan itu selalu saja terasa. Manusiawi bangetlah, ya.
Sebagai umat Muslim (yang baik, Insyaallah), tentu saja saya mau memanfaatkan keberkahan Ramadan ini dengan maksimal. Minimal banget, Ramadan kali ini harus lebih baik dari Ramadan tahun lalu.Â
Untuk itu, ada beberapa hal yang saya persiapkan. Yang setelah saya pikir, dapat tergolong menjadi 2 (dua) bagian, yakni persiapan fisik dan persiapan mental.
Namanya juga ibadah itu berhubungan dengan rohani ya, jelas mental juga harus dipersiapkan. Pernah dengar tidak, konon katanya ada satu hadist yang berbunyi, "barang siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya dari api neraka?"Â
Nah, bayangin! Kebahagian menyambut Ramadan aja faedahnya luar biasa, walaupun, yeah, banyak yang meragukan hadist yang satu ini dan menganggap hadist ini termasuk dalam kumpulan hadist dhaif/palsu.
Tapi kalau saya pribadi, terlepas dari apakah itu hadist yang asli atau dhaif, bergembira menyambut Ramadan itu pastilah ya. Nggak perlulah kebahagiaan yang dibuat-buat. Toh, banyak sekali keutaman-keutamaan di bulan Ramadan itu.Â
Coba, bulan mana lagi yang amal sholeh kita diganjar pahala ganda, trus (katanya) doa akan mudah dikabulkan pada saat Ramadan, termasuk jika kita meminta pengampunan dosa. Dan cuma di Ramadan adanya malam Lailatul Qodar yang disebut-sebut sebagai malam yang lebih baik dari malam seribu bulan.
Dan jangan lupa, Al-Quran pun diturunkan pada bulan Ramadan, loh. Jadi, tanpa ada bayang-bayang hadist dhaif itu, sudah semestinya kita semua, sebagai umat muslim, berbahagia dengan datangnya Ramadan.
"Emang ada gitu yang gak suka dengan Ramadan?"
Eh jangan salah, beberapa orang terdekat yang saya kenal secara terang-terangan menyatakan tidak suka dengan datangnya Ramadan. "Males banget, kudu sahur, puasa dan nahan-nahan lapar," begitu ujar mereka. Hmm, jika sudah begini, ya susah juga. Banyak faktor yang melatarbelakangi hingga hal itu dapat terjadi.
Tentu, sebagai orang terdekat --ya saya, omnya yang ganteng ini uhuk, saya sebisa mungkin memberikan pemahaman kepadanya bahwa berpuasa itu ada tata caranya. Intinya, keilmuan tentang berpuasa harus dipelajari dan dikuasai.Â
Tentu kita tidak mau dong berpuasa, menahan lapar dan haus, namun pahalanya tidak diterima karena keterbatasan atau ketidakmauan kita untuk mempelajari tata cara berpuasa dengan benar.
Selain itu, perbanyak melakukan persiapan ibadah penunjang, terutama ibadah yang dianjurkan saat Ramadan. Itikaf di masjid misalnya. Atau lakukan ibadah-ibadah lain seperti perbanyak ibadah shalat sunnah dan membaca Al-Quran.Â
Gali sebanyak mungkin jenis ibadah yang dapat dilakukan saat Ramadan. Sekali lagi, itu semua dilakukan untuk memaksimalkan bulan yang penuh rahmat dan berkah itu, toh.
Nah, jika persiapan mental sudah mantap, selanjutnya yang harus diperhatikan juga ialah persiapan fisik alias secara raga.
Persiapan Fisik
Sebelum berhadapan langsung dengan bulan Ramadan, ada baiknya memang kita membiasakan diri berpuasa sunnah di bulan-bulan sebelumnya. Saya pribadi, sih, sudah terbiasa puasa Senin-Kamis walaupun err, motivasinya bercampur ke keinginan menurunkan berat badan juga hehehe.
Jadi, untuk berpuasa dari fajar hingga ke mahrib tiba, Insyallah saya sudah terbiasa. Walau begitu, tentu saja saya harus mempersiapkan fisik lebih baik mengingat di bulan Ramadan, puasanya dilakukan sebulan penuh, bukan kelang satu-dua hari seperti saat berpuasa Senin-Kamis.
Menjaga asupan gizi melalui makanan dan menjaga pasokan cairan tubuh itu penting. Istirahat yang cukup juga jadi salah satu faktor yang bikin ibadah puasa saya menjadi lancar. Untuk orang yang termasuk dalam golongan pelor alias Nempel-Molor (nempelnya di bantal tentu, bukan pundak tetangga). Saya selalu menjaga jam istirahat karena jika terlambat tidur, biasanya keesokan harinya badan saya terasa 'goyang' akibat sakit kepala. Kita pasti mengenal tubuh kita sendiri, bukan? jika ada penyakit tertentu yang memungkinkan akan kambuh saat Ramadan juga dapat diantisipasi. Demi kelancaran ibadah kita juga.
Saya yang biasanya berolahraga rutin setiap pagi juga harus menyesuaikan dengan keadaan saat berpuasa. Termasuk dari segi timing dan juga jenis olahraganya. Dari yang semula pagi dengan jogging mungkin dapat diganti dengan bersepeda di sore hari sembari menunggu berbuka puasa atau sekalian jalan ke depan lorong nyari takjil --sedikit modus. Intinya, berpuasa tidak menghalangi kita untuk terus menjaga kebugaran tubuh dengan cara berolahraga.
Puasa juga seharusnya tidak berpengaruh banyak ke pekerjaan. Ya, kecuali, para pekerja berat yang memang diberi kelonggaran untuk tidak melakukan puasa dan menggantinya dengan amalan ibadah yang lain.
Saya banyak juga mengenal banyak orang yang memiliki pekerjaan berat namun tetap teguh berpuasa. Kalau kata dia mah, "yang penting niatnya sejak awal mengharap ridho dan pahala, Yan. Insyaallah kuat." Nah loh! Jadi, jangan sampai, kita, yang pekerjaannya tergolong mudah (kerja kantoran atau dalam ruangan yang tidak butuh banyak tenaga fisik) mestinya bisa lebih kuat dari mereka-mereka ini.
Jika pekerjaan baik, toh rezeki juga Insyallah semakin lancar. Jika rezeki lancar, artinya lebih banyak lagi rezeki yang dapat kita sedekahkan di bulan Ramadan ini. Ingat sekali lagi, bahwa setiap amalan yang dikerjakan di bulan Ramadan maka ganjarannya berlipat ganda, termasuk jika bersedekah. Apalagi, di Ramadan, kita yang mampu juga berkewajiban untuk membayar zakat fitrah/fitrih.
Eh omong-omong soal kewajiban, bagi yang masih memiliki hutang puasa tahun lalu, wajib hukumnya untuk membayar dulu, ya! Sebelum Ramadan tahun ini benar-benar tiba. Beruntung saya, sebagai lelaki, tidak memiliki periode khusus tiap bulan sehingga saya dapat berpuasa sebulan penuh. Alhamdulillah.
* * *
Itu dia beberapa persiapan yang dapat dilakukan untuk menyabut Ramadan. Saya sendiri, selain melakukan hal-hal di atas, telah merencanakan beberapa kegiatan selama Ramadan ini, termasuklah menargetkan beberapa hal agar Ramadan tahun ini lebih baik dari Ramadan sebelumnya.
"Hah, sampai bikin target segala?"
Iyalah, biar lebih disiplin untuk mencapai goal akhirnya. "Seperti apa sih?" ya nggak yang  muluk-muluk banget, yang simpel-simpel saja. Seperti target mengurangi tumpukan buku, khataman Al-Quran, atau target mempersiapkan perjalanan yang akan dilakukan di bulan-bulan mendatang.
Selain itu, sttt saya juga menargetkan diri untuk memperoleh calon istri di Ramadan ini. Jika tidak dapat, ya apa boleh buat, sepertinya saya harus melaksanakan rencana cadangan, yakni mencari kaos ini dan mengenakannya saat lebaran hahaha. Mengenai target Ramadan saya, akan saya tulis lengkap besok. Simak terus, ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H