One man show, dominasi "warna" atas sebuah lukisan bernama lembaga/perusahaan profit center ataupun nirlaba, bersamanya memungkinkan masih dapat menghasilkan keuntungan/keberhasilan atau bahkan sebaliknya menuju kebangkrutan/kehancuran. Melihat manajemen one man show seharusnya case by case, tidak secara general.
One man show bertolak belakang dengan kepemimpinan kolektif kolegial, dimana manajemen kolektif kolegial merupakan kepemimpinan yang mengacu kepada keterlibatan para pihak yang berkepentingan memutuskan suatu kebijakan melalui mekanisme musyawarah mufakat dengan mengedepankan semangat kebersamaan.
Sedangkan one man show, semua apa kata bos, struktur organisasi dibawahnya hanya menjalankan tugas sesuai arahan/perintah yang diberikan oleh sosok pemimpin yaitu si bos atau owner.
Hal ini nampak nyata saat penulis masih berkecimpung di bidang lending pada sebuah lembaga keuangan perbankan milik pemerintah di beberapa waktu silam. Tidak semua yang menerapkan manajemen one man show selalu berkonotasi negatif, tidak berkembang atau bahkan mengalami kebangkrutan.
Dalam tahapan tertentu manajemen one man show sebaiknya memang harus dilakukan, dan setelahnya segera ditinggalkan dan lakukan suksesi atau setidaknya menyiapkan kaderisasi demi kesinambungan sebuah perusahaan.
One Man Show atau Kolektif Kolegial Bergantung Skala Usaha
Tak jarang meski perusahaan telah berbadan hukum atau berbentuk PT (Perseroan Terbatas), dimana skala usaha juga sudah mulai membesar, namun masih saja setiap langkah kebijakannya hanya mengandalkan sosok satu orang saja, yaitu pimpinan atau owner.
Struktur organisasi dibawahnya yang telah dibentuk berdasarkan AD/ART perseroan terbatas pun tak mampu untuk mengubah budaya manajemen by sinten.
Mereka, jajaran dibawahnya adalah orang-orang yang digaji hanya untuk menjalankan kebijakan sosok pimpinan/owner, tak punya hak berdiskusi memberikan sumbangsih ide dan gagasan meski itu demi kebaikan perusahaan. Titah si boss mutlak harus dijalankan.
Yang dulu sering penulis jumpai, manajemen by sinten sebutan lain dari penulis untuk kepemimpinan one man show, saat usaha berskala kecil atau start up menuju growth, masih dapat ditolerir karena lingkup usaha dan masalah yang dihadapi masih sederhana sehingga mudah dijangkau dan dalam kendali seorang pucuk pimpinan. Â
Saat masih merintis usaha atau usaha telah berjalan lama namun dari size usaha belum berskala besar, sah-sah saja ketika menerapkan manajemen dengan sistem one man show. Namun dari case inipun sebaiknya tetap harus ada backup sehingga tidak benar-benar one man show diterapkan secara mutlak.
Kolektif kolegial adalah solusinya, minimal berasal dari internal keluarga inti pelaku usaha. Setidaknya apabila belum mampu mempekerjakan seorang profesional, backup dapat direkrut dari internal keluarga.Â
Kolektif kolegial misalnya dengan melibatkan istri atau anak yang sudah mulai beranjak dewasa untuk membantu mengelola usaha di bidang pelaporan keuangan atau yang berhubungan dengan pihak investor/perbankan.
Hal ini penting selain memberikan pembelajaran tentang rasa tanggungjawab berwirausaha dan memperluas jaringan usaha bagi anak-anak terutama, juga sebagai antisipasi andaikata owner berhalangan tetap.
Dari kasus tersebut diatas, dimana semua kebijakan bergantung hanya pada diri sosok seorang pimpinan/owner, hal ini sangat membahayakan keberlangsungan usaha.
Seandainya pucuk pimpinan berhalangan tetap, seperti sakit dalam kurun waktu yang lama atau bahkan meninggal dunia, maka habislah sudah perusahaan yang dikelola dan dirintis sejak awal. Karena semua file kebijakan turut serta hilang bersamaan dengan berhalangan tetapnya owner tanpa ada backup.
Ketika usaha sudah mulai growth dan overload untuk dihandle hanya oleh seorang pimpinan/owner, segera delegasikan dan libatkan keluarga inti untuk turut mengelola usaha. Andai anak-anak masih kecil, libatkan istri, minimal libatkan dalam hal pengelolaan keuangan.
Atau apabila dalam kondisi darurat dimana keluarga belum mampu untuk terlibat dalam usaha, maka hal yang terbaik dengan cara pergunakan teknologi yang memadai untuk membantu supporting meski hal tersebut juga tidak mampu menjawab manakala owner berhalangan tetap.Â
Minimal masih terdapat file dokumen yang dapat diselamatkan sebagai backup untuk mempertahankan perusahaan dari penurunan agar terselamatkan dari kebangkrutan dan perusahaan dapat diteruskan oleh para ahli warisnya kelak.
Kekuatan Manajemen One Man Show
Karena semua tersentral pada sosok seseorang atau pucuk pimpinan/owner dengan sebutan kepemimpinan/manajemen one man show maka semua putusan dan kebijakan perusahaan dapat segera dilaksanakan dan hubungan dengan pihak ketiga atau rekanan cukup sederhana sehingga respon balik segera didapatkan. Dengan catatan usaha masih dalam skala kecil dan belum banyak permasalahan kompleks atau overload.
Kelemahan Manajemen One Man Show
Banyak kelemahan yang pasti akan dihadapi dalam manajemen one man show. Karena semua permasalahan perusahaan hanya dimanage oleh satu orang saja. Sementara hakikatnya manusia tidak ada yang multi talenta maka dikuatirkan setiap kebijakan dan putusan yang diambil tidak secara detail dan sempurna dapat teratasi, hanya berbekal pengalaman dan pengetahuan satu orang saja.
Berbeda ketika banyak masalah perusahaan didelegasikan sesuai dengan bidangnya masing-masing, sistemnya telah berjalan dengan baik dan tidak bergantung hanya pada satu sosok orang saja, sementara sistem yang berjalan telah menggantikan sentralisasi by sinten.
Semua kebijakan perusahaan menunggu putusan satu orang akan berpotensi hilangnya peluang bisnis atau perusahaan menjadi tidak efisien.
Dan tentunya masih banyak kelemahan yang bakal timbul apabila one man show masih saja berlangsung di perusahaan anda. Lakukan suksesi sedari dini kepada anggota keluarga yang ada, kepada istri dan anak-anak untuk turut serta terlibat dalam pengelolaan perusahaan. Â
Kolektif kolegial menggantikan kepemimpinan one man show, agar mereka tetap profesional berikan kompensasi gaji dan reward, apabila diperlukan terapkan punishment untuk mencegah kebocoran yang terjadi. Â
Demikian sekilas ulasan tentang manajemen berbasis one man show yang banyak penulis temui saat masih mengelola lending dengan debitur yang berskala kecil, mikro dan menengah pada sebuah perbankan BUMN.
Edukasi dari perbankan untuk segera menata kembali manajemen usaha debitur tak henti-hentinya disampaikan dengan harapan debitur berubah menjadi lebih profesional dan baik sehingga pembiayaan yang dikucurkan dapat kembali dan diputar untuk keperluan pembiayaan debitur lainnya.
Manajemen One man show dalam bisnis, kekuatan atau kelemahan? Ditunggu saran demi perbaikan artikel ini, terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca hingga tuntas. Semoga bermanfaat dan menjadikan amalan jariyah bagi kita semua. Aamiin
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H