Karena rezeki, jodoh dan kematian merupakan rahasia Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Pernah Menjadi Banker,
Menjadi seorang banker merupakan sebuah kecelakaan di masa lalu, meskipun dengan kecelakaan tersebut banyak sekali mendatangkan kesempatan setelahnya, selain karier yang moncer tentunya banyak ilmu di dapat, pengalaman yang amat sangat terkait dengan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Mendapatkan ilmu marketing sekaligus psikologi tentang bagaimana cara mempengaruhi orang supaya bersedia menjadi nasabah, baik goal menjadi debitur maupun deposan.Â
Juga diajarkan bagaimana collection atau penagihan tanpa harus mempergunakan cara "kekerasan", lebih diutamakan dengan pendekatan persuasif karena pada prinsipnya utang harus diselesaikan.
Dengan menjadi banker asupan nutrisi ilmu ekonomi dan bisnis menjadi semakin bertambah, terlebih saat menjabat sebagai pengelola account dari para pengusaha yang tentunya dengan beragam jenis usaha, dari level mikro, kecil dan menengah hingga usaha korporasi, hal ini terlihat dari size plafond pembiayaan yang dikelola dan dikucurkan kepada para pengusaha.
Kebanyakan orang lebih melihat sisi yang melelahkan dari seorang banker, ya memang melelahkan, namanya juga bekerja, hehehe.
Selain tentunya salary yang menggoda banyak mahasiswa segala fakultas dengan disiplin ilmunya masing-masing berlomba untuk segera lulus, diwisuda dan memasuki kancah dunia kerja dengan menjadi banker.Â
Sedangkan kami, cukup ayahnya saja yang menjadi banker, anak-anak tidak disarankan untuk itu.
Perbankan, sebuah institusi yang bakal menampung semua latar belakang disiplin ilmu, bahkan seorang teman alumni FKH pun pernah menjadi bagian dari banker.
Dunia ini fana, ketika ada awal tentunya akan ada akhir dengan sebuah cerita anti klimaks. Perjalanan itu harus berakhir sebelum diakhirkan oleh perusahaan, yes, terciptalah sebuah keputusan untuk resign sebagai banker sebelum masa purna tiba.
Seolah-olah seperti seorang kekasih yang diputus pasangan pada saat sayang-sayangnya, itulah analogi penulis andai memasuki masa purna normal di usia 56 tahun.
Sedangkan resign dapat dianalogikan seperti seorang kekasih yang meninggalkan pasangannya untuk meraih pasangan yang lebih baik lagi.
Ach sudahlah...itu hanya perumpamaan penulis yang tak patut dijadikan contoh apalagi ditiru.
Career switch, hanya berkeinginan untuk berganti profesi supaya tetap bisa menjalin kebersamaan dengan keluarga, dengan anak-anak yang sedang berproses tumbuh dari remaja menjadi dewasa, supaya peran orangtua laki-laki atau Ayah akan tetap melekat erat hingga mereka dewasa dan berkeluarga serta mempunyai kehidupannya masing-masing.
Saat Menjadi Pelaku Usaha yang juga Dosen,
Career switch, eehhmm, tak semudah membalik tangan, mental harus dipersiapkan secara matang bahkan mungkin hingga cenderung nyaris "gosong" sebagai antisipasi segala kondisi yang menerpa, secara personal maupun keluarga, baik dari tetangga kanan kiri maupun kolega, rekan, klien, teman dan sahabat.
Juga andai masih memiliki orangtua, Ayah dan atau Ibu, sebaiknya komunikasikan terlebih dahulu dengan beliau berdua, sebab orangtua juga akan terdampak atas career switch yang anda lakukan.
Dan tentunya jangan dilupakan untuk selalu berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Ketika memutuskan untuk resign perbankan beralih profesi atau banting setir menjadi seorang pelaku usaha sekaligus menjadi pengajar di sebuah perguruan tinggi merupakan langkah yang fenomenal, setidaknya menurut penulis sich.
Ditambah lagi mata kuliah dari program studi yang diampu tidak jauh dari profesi sebelumnya, berkutat pada bidang ekonomi dan bisnis.
Bedanya kalau dulu melakukan presentasi pengajuan plafond pembiayaan nasabah kelolaan di hadapan para analis risk dan para pemutus dalam sebuah forum yang disebut dengan nama komite pembiayaan dan presentasi door to door ke perusahaan atau komunitas untuk produk funding perbankan, dengan audiens yang lebih beragam dan strata yang cenderung lebih tinggi.
Dengan menjadi pengajar di perguruan tinggi berhadapan dengan anak-anak mahasiswa sebaya dengan anak sendiri yang juga sedang menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi negeri di Jogja dan Malang. Ibaratnya memberikan sumbangsih ilmu dan nasihat seperti menasihati anak sendiri.
Sedangkan hal yang terkadang kesulitan mengatur waktu antara kampus dengan kehidupan di luar kampus, adanya kewajiban menjalani tri darma perguruan tinggi selain mengajar, yaitu dua darma lainnya yang wajib dijalani dosen, yaitu penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Merangkap career switch, yaitu double job selain menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi sekaligus menjalani usaha sampingan sebagai pelaku usaha.
Di awal resign sudah seperti konglomerat saja, hahaha, dengan memiliki banyak usaha yang dicoba untuk dijalani, diantaranya dropshipper madu, usaha rombong es buah dengan dua outlet, bermitra dengan supplier supporting beberapa instansi, budi daya ikan dan bermitra dengan pengusaha showroom mobil bekas serta usaha jual beli properti kecil-kecilan, untungnya tidak berlangsung di waktu yang sama.
Sebetulnya bukan sebuah profesi yang benar-benar baru karena pada saat masih menjadi banker telah memiliki beberapa usaha sampingan yang dijalankan meskipun skalanya masih relatif kecil saat itu, yaitu dua usaha yang disebut terakhir.
Berakhir Menjadi Investor,
Seiring dengan bertambahnya usia, bahwa tujuan diciptakan manusia oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak lain dan tidak bukan hanya untuk beribadah.
Kali ini kembali melakukan career switch dengan hanya menjadi seorang supporting dana untuk beberapa usaha yang masih layak dibiayai, orang menyebutnya sebagai investor.Â
Investor, orang yang menginvestasikan asetnya pada aset-aset berharga yang materiil dan marketable.
Bagi teman-teman yang telah purna mending berinvestasi yang berrisiko rendah atau low risk investment, sebab lebih safe.
Career switch atau banting setir dari banker, pelaku usaha yang juga dosen berakhir menjadi investor. Saatnya menikmati perjalanan, senikmat-nikmatnya, tentunya bersama dengan keluarga tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H