Mengingat selalu masa berjuang bersama dengan istri/suami di awal pernikahan dan selalu mengingat betapa nikmatinya mengikuti masa keberlangsungan pertumbuhan anak-anak, jadikan keluarga sebagai pengingat dan benteng terakhir pencegahan perselingkuhan.Â
Yang perlu kalian pahami sepaham-pahamnya bahwa selingkuh, nikmatnya tak sepadan dengan kehancuran yang akan dirasakan oleh banyak pihak.Â
Hilangnya kepercayaan tidak hanya dari istri/suami dan keluarga besar, juga kebencian anak-anak kepada kalian serta hilangnya sosok kalian di mata mereka sebagai panutan & kebanggan keluarga terutama anak-anak.Â
Setega itukah kalian para penjahat pernikahan menghancurkan harapan keluarga, istri/suami dan anak-anak serta keluarga, tanyakan kepada lubuk hati terdalam sebelum berselingkuh. Jelas sekali, selingkuh, nikmatnya tak sepadan, bukan???
Oleh karenanya lakukan pencegahan sedini mungkin, jika tak mampu mencegah dengan nilai religi, ingatlah selalu keluarga dirumah dengan cara sesekali pandangi anak-anak dan istri/suami saat mereka tidur.Â
Andai semuanya tak mampu juga mencegah kalian berbuat selingkuh, itu artinya kalian memang telah menjadi penjahat pernikahan yang hanya menuruti nafsu sesaat dan tergiur godaan setan tanpa mempedulikan kepentingan masing-masing keluarga kalian.Â
Akhirnya harapan melakukan ibadah terlama dengan pahala yang besar dari menikah telah kalian hancurkan.
Salah satu alasan penulis resign dini karena ditugaskan oleh kantor ke tempat yang jauh dari homebase dan agar tetap dekat dengan keluarga,dekat dengan istri mencegah dari pengkhianatan pernikahan serta agar tetap dekat dengan anak-anak sambil menikmati tumbuh kembang mereka menuju dewasa yang momen ini tak dapat diganti dengan apapun apalagi diulang.
Selingkuh, nikmatnya tak sepadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H