R2 - Ditengah gemuruh R4 bahkan Rbanyak. Terakhir ini, Surabaya dan sekitarnya masih sering diguyur hujan, siang panas yang terik untuk kemudian di pas jam pulang kantor berganti menjadi hujan lebat selebatnya.
Meski demikian udara ruang rumah masih terasa “ungkep”, lebih-lebih kala hujan tak jadi namun mendungpun enggan pergi.
Atap rumah bocor, lingkungan yang lembab, jalanan yang basah cenderung licin bahkan air menggenang agak tinggi hingga separuh ban sepeda motor adalah menu keseharian.
Standart ukuran di negeri kita tercinta ini terkadang membingungkan, contohnya seperti ini, masih mendingan separuh ban sepeda motor sebagai standart ukuran, karena rata-rata sepeda motor yang beredar di tanah air memiliki ukuran yang standart, kecuali jenis moge atau motor gede.
Coba ketika disebutkan air menggenang setinggi pinggang orang dewasa atau setinggi lutut pria dewasa.
Ukuran bakunya berapa sentimeterkah? Menjadi bingung khan, dan harus mengira-ngira sendiri, berapa sich sebenarnya ketinggiannya, berapa sentimeter?
Baiklah kita lanjutkan, kembali ke laptop,
Wajibnya harus selalu tersedia jas hujan atau mantel sebagai penangkal air hujan mengenai langsung ke tubuh kita.
Katanya untuk mencegah sakit supaya keesokan harinya tetap masih bisa ngantor, sekolah atau sekedar ngopi agak jauh.
Tetapi lebih seringnya ngopi agak lama, berangkat pagi pulang agak sorean supaya tetangga mengira sedang menunaikan tugas kantor alias mengkamuflase status pengangguran.
Para pengendara R2 atau sepeda motor yang setiap hari melintas, saling berebut dan bersitegang dengan angkutan kota yang sukanya berhenti mendadak dan truck -truck besar beroda banyak yang hendak keluar masuk area pergudangan yang acapkali ditemui di sepanjang jalur komplek industri dan perdagangan.
Sementara mobil R4 milik pribadi maupun mobil R4 milik perusahaan turut melintas. Semakin menambah padatnya jalanan yang tak seberapa lebar.
Kaca jendala R4 mereka tertutup rapat dengan air condition di dalamnya sehingga menambah kenyamanan dan nikmatnya sebuah perjalanan.
Berbeda kondisinya dengan mereka yang masih ber sepeda motor atau R2.
R2 atau sepeda motor, masih dipercaya sebagai alat transportasi termurah saat ini, yang perkembangan populasinya terus bertambah dari hari ke hari, bulan ke bulan hingga tahun ke tahun.
Didukung dengan tumbuh suburnya dealer, bengkel, toko spare part sepeda motor dan kemudahan lembaga leasing dalam memberikan fasilitas kepemilikan R2 secara angsuran.
Bagaimana tidak, dengan hanya bermodalkan uang sebesar ratusan ribu rupiah saja, anda sudah dapat membawa pulang R2 atau sepeda motor.
Secepat itu pula dapat dimanfaatkan sebagai “sikil” atau “kaki” kemanapun kita bermobilisasi.
Cek rutin mesin dan ganti olie, olie gardan maupun olie mesin dapat dilakukan di banyak bengkel yang menjamur di sepanjang jalan.
Begitu pula dengan ketersediaan spare part, banyak di jumpai di manapun kita berada, dari semua jenis dan merk R2 atau sepeda motor.
Pemakai R2 tidak hanya berasal dari masyarakat yang murni pengendara R2 saja, sebagian dari mereka yang sebelumnya setia berkendara dengan kendaraan R4 (mobil pribadi) sejak masa pandemi global covid-19 beberapa waktu yang lalu yang berimbas terhadap kenaikan beberapa harga kebutuhan bahan pokok.
Maka sejak saat itu pulalah mereka berpikir kembali dan menata ulang alokasi anggaran untuk membeli bahan bakar bagi mobil R4nya.
Meski dengan bergantinya alat transportasi dari R4 ke R2 harus melepaskan beberapa kenikmatan yang selama ini mereka dapatkan.
Dengan berkendara R2 air conditionnya lebih alami bahkan kalau tidak tahan dapat menimbulkan rasa masuk angin yang disebabkan karena terpaan angin.
Bemper dan body pada R4 yang dapat berfungsi sebagai penahan dan pelindung apabila terjadi kecelakaan tergantikan oleh pelindung alami yaitu badan kita secara langsung.
Hanya bagian kepala yang dapat terlindungi dengan sempurna apabila terjadi benturan, itupun dengan catatan apabila helm tersebut memenuhi standart SNI.
Dalam satu keluarga sudah jamak kita jumpai, masing-masing anggota keluarga telah memiliki R2 sendiri-sendiri.
Bapak, ibu dan anak bahkan pembantupun juga menikmati “kendaraan dinasnya” untuk berbelanja ke tukang sayur komplek perumahan atau antar jemput anak majikan dari sekolah.
Sekarang R2 telah menjadi bagian dari kebutuhan yang harus dipenuhi, sebab dengan tidak memiliki R2 kemana-mana kita harus naik becak dengan ongkos yang relative lebih mahal.
Naik angkutan kota, ongkos dan waktu tempuhnya lebih tinggi serta kurang fleksibel.
Sementara dengan R4 jelas lebih mahal biayanya apalagi hanya untuk jarak pendek di dalam kota.
Seiring dengan terus bertambahnya populasi R2, dibutuhkan edukasi yang berkesinambungan tentang tata cara berlalu lintas yang aman dan sebagai salah satu upaya menekan angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
***
pernah dimuat di koran Surya, 02/05/2008, ditulis ulang sesuai zamannya, 16/02/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H