Tidak Ada Hadiah Pernikahan Karena Tidak Ada Resepsi -- Antimainstream di pernikahan masa depan. Perjalanan membina mahligai rumahtangga di awali sejak sahnya akad nikah, kemudian acara kecil dengan mengundang makan keluarga/saudara dekat dan tetangga terdekat sebagai ungkapan syukur dan pemberi kabar bahwa pernikahan telah secara sah dilaksanakan.
Sedangkan resepsi "geden" bukan suatu keharusan. Lebih baik duitnya yang bejibun itu diberikan sebagai hadiah pernikahan. Bisa untuk membeli rumah beserta perabotan bahkan sebagai modal usaha atau berinvestasi untuk masa depan calon mempelai.
Hadiah pernikahan lainnya jangan memberikan hadiah pernikahan dengan mewariskan hutang uang kepada mempelai berdua atas pelaksanaan perhelatan resepsi pernikahan.
Dari perspektif tamu undangan. Di negeri kita tercinta ini terdapat beberapa bulan yang afdol untuk penyelenggaraan perhelatan pernikahan.
Sehingga ketika "bulan baik" itu datang berbondong-bondong hingga tak terhitung berapa kartu undangan fisik yang tergeletak diatas meja kerja belum lagi ditambah undangan pernikahan dalam bentuk online, baik dari kerabat, orang yang kita kenal, maupun dari orang-orang yang kita hanya mengenal sepintas.
Hadiah pernikahan, mau diwujudkan barang, logam mulia maupun sejumlah nominal uang dengan cukup dimasukkan ke dalam amplop, tentunya telah ada budget masing-masing.
Budget untuk kerabat, untuk teman, untuk orang yang sepintas dikenal, untuk atasan, untuk bawahan, untuk lobbying atau seseorang yang nantinya kita berharap bantuannya, belum lagi kalau yang mengundang tergolong orang yang "mampu" atau orang kaya, besar kecil nominal hadiah pernikahan jelas akan berbeda menurut skala prioritas dan kepentingannya. Tak bisa dipungkiri.
Kalau sudah begini yang pusing bukan hanya yang punya gawe pernikahan, tamu undanganpun berpikir tujuh keliling untuk memilih dan memilah mana yang menjadi prioritas yang wajib dihadiri, meskipun semua undangan harusnya tanpa terkecuali wajib untuk didatangi.
Yang punya gawepun lebih pusing lagi, dengan anggaran yang terbatas sementara undangan yang diundang melebihi kapasitas.
Atau bisa jadi anggaran yang tanpa batas tetapi sarana dan prasarananya tidak mendukung alias terbatas misal keterbatasan daya tampung gedung untuk acara resepsi pernikahan.
Sedangkan perhelatan resepsi dengan menutup sebagian jalan dari ujung jalan yang satu ke ujung jalan lainnya sehingga berpotensi mengganggu arus lalu lintas di sepanjang jalan yang ditutup. Hal ini berpeluang merugikan masyarakat pengguna jalan.
Apalagi dikaitkan dengan kondisi perekonomian akhir-akhir ini, ancaman resesi sudah di depan mata. Lakukan gaya hidup sederhana dan secukupnya sebagai bentuk persiapan dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi 2023.
Mempelai berdua berharap hadiah pernikahan bukan dari para tamu undangan tetapi khusus dari kedua belah pihak orangtua.
Setelah terselenggaranya akad nikah, cukup menghadirkan acara resepsi pernikahan seperlunya dengan hanya mengundang keluarga dekat dan tetangga terdekat.
Sisa budgetnya yang bejibun bisa untuk modal mempelai berdua membangun rumah tangga agar lebih mandiri.
Atau setidaknya hindari berhutang hanya untuk kelihatan mewah di acara resepsi pernikahan. Yang pada akhirnya nanti akan membebani mempelai berdua, berpikirlah yang realistis terutama apabila orangtua hanya hidup pas pasan.
Pikirkan juga seandainya kalian mempelai berdua turut menanggung hutangnya di kelak setelah berkeluarga hingga mempunyai anak dan hutang belum juga lunas.
Tidak ada hadiah pernikahan karena tidak ada resepsi, hadiah pernikahan cukup dengan doa yang tulus dan ikhlas semoga mempelai berdua berbahagia, sakinah, mawaddah dan warahmah alias mendapatkan ketenangan, ketenteraman dan kasih sayang dalam kehidupan berkeluarga dengan pasangan dan anak-anak tercinta.
Bagi mempelai berdua yang berasal dari keluarga mampu, alihkan budget resepsi pernikahan menjadi sebuah hadiah pernikahan dari kedua belah pihak orangtua sebagai modal awal dalam berumah tangga.
Sedangkan bagi mempelai berdua yang berasal dari keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi, cukuplah penyelenggaraan pernikahan secara sederhana tanpa harus berhutang.
Selain akan membebani kedua belah pihak keluarga, kalian mempelai berdua juga akan berpotensi menanggung hutangnya. Bahkan ada yang hutangnya belum lunas meski mempelai telah memiliki anak hingga sudah bersekolah.
Berpikirlah yang realisitis para mempelai pengantin di saat potensi resesi di depan mata, tak cukup jadi raja dan ratu semalam namun jadilah raja dan ratu sepanjang masa hingga akhir hayat nanti.
*****
setidaknya dulu penulis pernah menjadi mempelai pengantin dan dulu sempat meminta ditiadakan acara resepsi di perhelatan pernikahan, maunya anggaran resepsi pernikahan dialihkan untuk pembelian rumah di jalan utama, namun ditolak oleh orangtua. Seandaniya dulu usulan terealisir, berapa kali lipat hasil investasi yang diperoleh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H