Menyulap rumah panas menjadi rumah hunian sejuk, memang bisa?
Rumah, tempat berkumpul, bercengkerama, melepas penat, berdiskusi, saling sapa, berkomunikasi, meluapkan emosi berteduh dari terik panas siang dan dinginnya malam serta basahnya hujan, dari bangun tidur hingga tidur kembali. Yang diselingi dengan aktivitas masing-masing anggota keluarga. Sekolah, kuliah, bekerja atau tetap di rumah menjadi ibu atau bapak rumah tangga.
Dulu sekali, setelah menikah kami berdua tidak tinggal lama-lama di PMI (pondok mertua indah). Bukan karena merasa tidak nyaman, bukan. Niat kami pengin mandiri memulai dengan mengelola keluarga kecil.
Mulailah kami berdua berburu pengembang perumahan, karena untuk membeli lahan dan membangunnya sesuai dengan selera kami, jelas kami tidak mampu. Apalagi di sebuah kota industri di Jawa Timur yang mempunyai standar UMR tinggi setingkat Ibukota Provinsi.
Tentukan View Rumahmu
Karena penulis merupakan pendatang yang merantau dan masih belia sehingga minim wawasan tentang segalanya, kami memutuskan untuk memilih pengembang perumahan sesuai referensi pimpinan kantor penulis saat itu.
Selain pengembang tersebut telah terpercaya dan amanah khususnya di wilayah kota kami, pengembang tersebut juga merupakan nasabah pinjaman di kantor penulis.
Harapannya direkomendasikan lokasi rumah tinggal yang bagus. Dan ternyata memang dicarikan lokasi rumah hunian yang benar-benar sesuai keinginan banyak orang, plus diberikan spesial discount.
Bagaimana tidak disebut bagus jika rumah yang di rekomendasikan ke kami berada di perumahan di dalam perumahan.
Dengan lebar jalan depan rumah 13 meter di mana terpaan angin lebih leluasa memasuki rumah kami karena jarak hadap rumah yang agak jauh.
Selain itu dengan jalan yang cukup lebar memungkinkan untuk simpangan empat mobil. Padahal bukan jalan raya perumahan.
Rumah yang di tawarkan menghadap ke arah timur matahari terbit yang konon kabarnya sinarnya lebih menyehatkan. Dan tak begitu terik saat musim kemarau tiba, karena pas musim kemarau matahari berada di sisi utara garis katulistiwa.
Kondisinya sama dengan ketika memilih rumah yang menghadap ke selatan. Di saat musim kemarau, rumah yang menghadap ke selatan, tidak terlalu banyak mendapatkan paparan sinar mentari.
Jika saya perhatikan kala itu, tiang Telkom maupun PLN acapkali berdiri di sisi timur atau di depan rumah yang menghadap ke barat dan rumah yang menghadap ke utara.
Tanpa banyak lagi pertimbangan, kala itu kami berdua memutuskan untuk mengambil satu unit rumah yang direkomendasikan ownernya langsung.
Lahan Terbatas Tetap Tanami PohonÂ
Lahan di dalam komplek perumahan seringkali "ngepres", alias tidak ada space, untuk taman di depan rumah.
Beruntungnya kami, meski hanya selebar satu meter masih disisakan lahan hijau di depan pagar rumah di luar tanah hak kami, dan saat ini benar-benar kami manfaatkan untuk menanam pohon sedang sebagai pelindung rumah dari terik matahari.
Penanaman pohon perlu menjadi perhatian juga. Jangan hanya berkeinginan rumahnya tidak panas dan gerah, di depan rumah ditanami sembarang pohon yang akarnya malah dapat merusak pondasi dan bangunan rumah.
Masih banyak pohon seperti mangga jenis manalagi yang akarnya tidak merusak bangunan dibandingkan dengan pohon mangga jenis lainnya.
Toh tujuan kita menanam pohon bukan untuk berkebun menghasilkan buah yang sangat lebat dan diminati banyak orang, melainkan sebagai pelindung panas dan penyejuk mata. Serta jangan hanya menanam pohon tanpa disertai perawatan, jika telah tumbuh menjulang segera dipotong atau dirapikan. Supaya terhindar dari kabel telkom dan kabel PLN serta agar akarnya tidak kemana-mana yang berpotensi akan merusak bangunan.
Tinggikan Plafon Rumah
Pada saat memilih lokasi rumah tinggal memang kami peruntukkan supaya hunian tidak panas, sebab rumah kami tinggali bertahun-tahun ini berada di kota industri.
Antisipasi eksternal sudah kami lakukan supaya rumah hunian tetap sejuk yaitu pada poin pertama dan kedua.
Berikutnya, setelah beberapa tahun kami tinggali, tibalah saatnya melakukan renovasi. Selain karena bangunan yang sudah berumur juga karena bertambahnya anggota keluarga.
Setelah berdiskusi dengan pemborong yang akan melakukan renovasi rumah kami, disepakati untuk tinggi rumah 4,5 meter, artinya jarak antara lantai dengan plafon setinggi 4,5 meter untuk memudahkan sirkulasi udara dari dalam dan keluar rumah sehingga suhu di dalam tetap terjaga kesejukannya.
Void sebagai Penghubung Rumah Dua LantaiÂ
Maksud hati hendak memperluas lahan ke samping, apa daya duitnya yang tidak cukup untuk membeli rumah sebelah kanan dan atau kiri. Sebagai solusinya rumah tumbuh kea tas alias menjadi dua lantai. Tetapi tidak keseluruhan bangunan lantai 2 ditutup. Ada void di tengahnya
 Void merupakan ruang terbuka yang dibuat sebagai penghubung di antara dua lantai, yaitu lantai satu dengan lantai dua.
Kami sisakan 7x4 meter sebagai konekting antara lantai 1 dengan lantai 2 sehingga antara lantai 1 dengan lantai 2 masih terhubung pandangan mata.
Menambah sirkulasi udara tidak hanya dari keluar masuknya angin di lantai 1 Â juga antar lantai 1 dengan lantai 2, serta membuat rumah terkesan lebih luas.
Celah di Dalam Rumah
Antarruang kamar dengan kamar atau gudang kami berikan celah untuk masuknya angin dan sinar mentari sekaligus sebagai media taman kecil dan kolam ikan agar menambah suasana menjadi semakin sejuk dengan gemericiknya air kolam.
Warna Cat Cenderung Soft
Pewarnaan cat untuk rumah secara tepat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan suasana rumah menjadi sejuk.
Beberapa dinding di dalam dan di luar rumah kami berikan sentuhan warna soft yang cenderung bercorak sejuk.
Berkesan teduh bagi yang memandangnya sehingga suasana rumah menjadi tidak panas lagi.
Rumah yang kami tinggali sejak tahun 2000 ini tidak begitu luas dengan lebar jalan perumahan yang lebih dari cukup yaitu 13 meter.
Di dalam rumah masih terasa sejuk meski berada di lingkungan yang cukup panas dan gerah.
Dari sekelumit pengalaman kami di atas semoga dapat memberikan sedikit gambaran bahwa setiap masalah selalu ada solusinya dan setiap pertanyaan dimungkinkan selalu ada jawabannya.
Akhirnya seolah-olah kami menjawab pertanyaan beberapa warganet, "Menyulap rumah panas menjadi rumah hunian sejuk, memang bisa?"
"Alhamdulillah bisa", jawab kami berdua kompak.
*****
Bersyukur memiliki rumah tinggal yang sejuk. Sejuk kasat mata dan sejuk di hati penghuninya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H