Mohon tunggu...
om_nanks
om_nanks Mohon Tunggu... Lainnya - nikmati yang tersaji jangan pelit berbagi

☆mantan banker yang jualan kavling☆ ☆merangkum realita bisnis dalam sebuah tulisan☆ ☆penyelesaian kredit bermasalah advisor☆

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bisnis Mudah dan Menguntungkan, Kata Siapa?

12 Januari 2023   10:54 Diperbarui: 12 Januari 2023   11:39 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisnis Mudah dan Menguntungkan, Kata Siapa?

Apa benar bisnis mudah dan menguntungkan? Kalau memang jawabannya benar bahwa bisnis itu mudah dan menguntungkan, tentu saja jumlah pelaku usaha di tanah air tidak kalah jumlahnya dengan pelaku usaha negara jiran dan mengapa mayoritas masyarakat Indonesia lebih banyak memilih menjadi pekerja daripada menjadi pelaku usaha?

Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMKM) Teten Masduki, seperti yang dikutip dari www.liputan6.com pada 28 Juli 2021 mengatakan, ratio kewirausahaan di Indonesia berada di level 3,74 persen, kalah dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand berada diatas angka 4 persen. Sedangkan negara-negara maju memiliki ratio kewirausahaan di angka 12 persen.

Terdapat Beberapa Faktor Penyebab Minimnya Pelaku Usaha di Indonesia,

Pertama, banyak diantara generasi muda yang mendambakan untuk memiliki usaha sendiri namun ketika dihadapkan pada permasalahan bahwa menjadi seorang pelaku bisnis tidak mudah dan butuh effort yang besar seperti bagaimana cara membuat produk, membangun market, minimnya permodalan dan lain-lain sehingga tidak mengherankan banyak yang kemudian untuk lebih memilih menjadi pekerja, karena sudah ada kepastian pendapatan bulanan.

Kedua, banyak orangtua yang mengarahkan anaknya untuk bercita-cita menjadi profesional yang dianggapnya menjanjikan ketimbang menjadi pelaku usaha.

Rasulullah Seorang Entrepreneur

Bahwa Rasulullah memberikan contoh sebagai seorang pelaku usaha, diawali dengan bekerja menjadi seorang penggembala kambing di perkampungan Bani Saad maupun di kota Mekah.

Di masa muda Rasulullah saat masih berusia 24 tahun, telah memulai bekerja dengan melakukan pekerjaannya sebagai pelaku usaha dengan cara mengelola dan menjalankan usaha milik Khadijah binti Khuwailid hingga ke negeri Syam dengan imbalan sistem bagi hasil dari keuntungan. Profesi tersebut Beliau jalani secara jujur dan amanah hingga mendatangkan keuntungan.

Di Dalam Kesulitan Terdapat Kemudahan

Kita masih melihat para pelaku bisnis yang telah sukses tidak dari saat awal mereka merintis usaha, tentang bagaimana saat mereka jatuh pada titik nadir, lantas berusaha bangun untuk bangkit mengejar mimpi dengan cara berjuang membangun kembali kerajaan bisnisnya, meskipun tidak ada jaminan kepastian jalan yang mulus setelah mereka jatuh kemudian berdiri dan berlari.

Apabila bisnis disebut penuh misteri, ada benarnya, hanya mental pejuang yang mampu melewatinya. Mereka tak lelah untuk tetap berjuang dengan tidak melupakan doa dan tetap bersyukur dalam kondisi apapun, sebab mereka yakin bahwa apa yang mereka perjuangkan pasti akan membuahkan hasil, ini hanya masalah waktu untuk mencapai sebuah kesuksesan karena di dalam kesulitan terdapat kemudahan, kemudahan meraih kesuksesan dan kebahagiaan

Mental seperti yang diterangkan diatas jarang dimiliki insan calon pengusaha muda, wajar saja sebab diperlukan energi besar untuk menemani prosesnya.

Bayangkan, perjuangannya panjang belum tahu garis finishnya kapan dan dimana sementara keluarga membutuhkan segala asupan keduniawian.

Berbisnis itu sederhana meski sulit dijalankan, hanya perlu pertebal keimanan supaya tetap di jalur yang halal dan jauhi yang haram supaya berkah, daya juang yang tak kenal menyerah dan support keluarga untuk mewujudkannya.

Pastikan Belajar Dari Mentor Bisnis Yang Mumpuni 

Jarang kita temui dalam suatu klub olahraga dilatih oleh seseorang yang tidak pernah sama sekali bergelut di bidang olahraga, baik sebagai mantan pemain atau official. Sebuah kemustahilan tiba-tiba jatuh dari langit lantas menjadi seorang pelatih sebuah klub olahraga.

Demikian halnya dengan berwirausaha, seseorang dapat disebut sebagai mentor bisnis apabila orang ini pernah menjalani yang namanya berwirausaha, sebab akan paham betul dinamikanya.

Pengampu kelas bisnis atau pembicara bisnis akan lebih mudah diterima oleh peserta kelas bisnis/mahasiswa jika pernah menjadi pelaku bisnis meskipun pada saat yang sama belum didapati bisnisnya sukses dan besar, atau pada saat ini bisnis yang dikelola sedang berproses. 

Setidaknya mereka pengampu kelas/pembicara bisnis pernah merasakan bagaimana prosesnya dinamika bisnis, pernah mengalami kerugian, ditipu oleh rekan, partner, saudara, teman dekat dan lain-lain, bahkan hingga bangkrut sekalipun, sebab berwirausaha tak semulus jalan bebas hambatan.

Jangan hanya melihat kehidupan para pebisnis yang telah menikmati kesuksesan saat sekarang, jadikan semangat mereka dalam menghadapi pasang surut dalam berwirausaha agar kita tetap bersemangat untuk mengejar mimpi melalui jalur yang sama yaitu berwirausaha.

Belajar dari mentor/guru yang benar-benar mumpuni dan expert dalam bidang usahanya merupakan salah satu langkah awal yang bagus lantas sediakan waktu untuk bertemu secara fisik dalam prosesnya agar apa yang sedang diperjuangkan benar-benar menghasilkan nilai yang luarbiasa dan dari sumber aslinya.

Garam Asin Hanya Setelah Dirasakan Lidah

Dalam sebuah proses belajar berwirausaha lakukan dengan cara on the spot ke lapangan atau bertatap muka dengan mendatangi lokasi usaha yang akan dipelajari. Lakukan proses "magang" atau apapun namanya dalam kurun waktu yang cukup sampai dengan benar-benar memahami dan berpeluang untuk melakukanya secara mandiri artinya kita sudah yakin dan siap untuk dilepas melakukan kegiatan berwirausaha secara mandiri. 

Dengan sesekali tetap lakukan komunikasi dan konsultasi dengan mentor (pengusaha senior) agar apa yang sedang dijalani tetap berada di rel yang benar.

Proses transfer knowledge melalui sarana pembekalan bisnis dari pengampu/pembicara kelas bisnis kepada mahasiswa/peminat rintisan usaha harus benar-benar menyatu dan tidak sekedar menggugurkan kewajiban namun sedekah ilmu tersebut harus benar-benar bermanfaat dan dirasakan oleh para peserta kelas bisnis/mahasiswa.

Seyogyanya pengampu/pembicara kelas bisnis, dari mereka yang setidaknya pernah merasakan dinamika usaha. Para pengusaha yang pernah bergelut dengan dunia usaha yang tak sekedar mengumpulkan literasi tentang bisnis, mengikuti seminar bisnis disana sini, melihat konten bisnis di media sosial untuk kemudian dirangkum dan disampaikan kepada peserta kelas bisnis/peminat rintisan usaha/mahasiswa.

Tanpa mengecap garam, bagaimana kita tahu bahwa rasa garam itu asin, dan menceritakannya kepada orang bahwa garam itu asin, lantas asin yang seperti apa, atau jangan-jangan rasa asin yang dimaksud dipahami sebagai rasa masam?

Jadi bagaimana, apakah bisnis mudah dan menguntungkan?

Mari kita buktikan dengan menjalani profesi sebagai pelaku usaha dan tak sekedar berteori. Karena bisnis yang bagus adalah bisnis yang dijalankan bukan yang diwacanakan.

Bismillah. Selamat Berwirausaha.

*****

Penulis, mantan bankir, pelaku usaha umkm, pengajar kewirausahaan dan unemployment

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun