"Haiiii.... temen-temen... kalian kalau pas hari libur healing kemana???"
"ngemall, ngecafe, ngewarkop, ke pantai, naik gunung, atau ke desa dengan segala aktivitasnya atau malah rebahan di rumah saja ditengah hiruk pikuk perkotaan?"
Beberapa penghuni perkotaan menyulap rumah huniannya menjadi seasri mungkin agar terlihat hijau dengan tanaman/pepohonan, mereka menginginkan udara sejuk pedesaan ada di sekitar tempat tinggalnya.
Bahkan ada sebagian yang lain memutuskan untuk hijrah meninggalkan hunian vertikal perkotaan dan ramai-ramai kembali ke desa membangun desa dengan berbekal pengalaman di kota. Sebagian yang lain menilai bahwa pulang dan menetap ke kampung halaman tanah kelahiran yang telah lama ditinggal membutuhkan effort yang luar biasa, baik dari segi dana, tenaga, waktu, pikiran dan yang tidak kalah penting merubah style kota kembali dengan kehidupan sehari-hari di desa dengan segala kesederhanaannya.
Dengan adanya jaringan internet serasa dunia dalam genggaman, manfaatkan era digitalisasi yang dipadu kesederhanaan yang membumi dengan udara khas sejuk dan masyarakat yang saling bertegur sapa bernama desa, dari sini gali potensi beserta karakteristiknya bersama-sama dengan stakeholder desa lainnya.
Merubah Style
Tidak semua warga kota bergaya hidup yang cenderung hedon dan boros, namun stereotip masyarakat perkotaan yang serba hedon dan boros masih saja melekat hingga saat ini, sementara beberapa warganyapun lama-lama ada yang merasa bosan dan menginginkan sesuatu yang dekat dengan alam.
Kota, bukan hanya dimiliki oleh orang-orang berduit tanpa seri tetapi kota dengan segala fasilitas kemewahannya memacu orang-orang untuk berlomba-lomba menjadi sukses, dan sukses itu cenderung diidentikkan dengan kelimpahan materi. Sementara masyarakat pedesaan yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani, mereka hanya mengandalkan kehidupannya dari alam hasil bercocok tanam.
Jika beruntung panen melimpah dengan harga tinggi yang kelebihannya bisa jadi akan dipergunakan untuk meningkatkan pendidikan generasi berikutnya yaitu anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar mampu mengembangkan dan menata desa menjadi lebih baik lagi, namun jika lagi apes meskipun panen melimpah, didapati harga yang tak setimpal dengan jerih payah mereka.
Lantas kehidupan seperti apa yang orang-orang kota dambakan jika mereka melakukan deurbanisasi/ruralisasi?
Merubah style kota menjadi style desa bukan tidak bisa tetapi sedikit mengalami kesulitan bagi yang lahir dan besar di kota (deurbanisasi) namun bagi kaum ruralisasi yaitu orang-orang yang sebelumnya tinggal di desa kemudian urbanisasi ke kota untuk menetap dan kemudian kembali lagi ke desa untuk menetap harusnya lebih mudah karena mereka dulu lahir dan besar di desa.
Dengan adanya digitalisasi di era digital menuju 5.0, nyaris semua pekerjaan bisa ditatakerjakan secara online maka konsep work from anywhere menjadi semakin mudah diterapkan, "tinggal di desa rejeki kota bisnis mendunia", demikian keynote speech dari Gubernur Jabar Ridwan Kamil (Kang Emil) yang beliau sampaikan di acara MarkPlus Government Roundtable Series Covid-19: New, Next, Post dari Gedung Pakuan, Kota Bandung 25/06/2020).
Menetap dan bekerja di desa, menggali potensi desa dengan menjual karakteristik yang ada sehingga menjadi pembeda dengan desa lainnya. Dari melimpahnya hasil bumi berupa tanaman buah dan sayur, selain menjadikannya sebagai obyek wisata tanam dan petik buah & sayur, manfaatkan buah dan sayur dengan diolah menjadi sebuah produk sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Manfaatkan jaringan yang pernah dimiliki di kota untuk pendistribusian hasil bumi dengan menatakelola kembali proses distribusi dari petani hingga kepada end user agar harga lebih menguntungkan petani. Tentunya ini semua melibatkan banyak pihak terutama stakeholder desa.
Bekerja dari Desa
Memang tidak semua pekerjaan dapat dilakukan secara online sehingga konsep work from anywhere tidak serta merta dapat diterapkan.
Alternatifnya menggali potensi dan karakteristik yang ada di desa. Masing-masing desa tentunya memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda-beda meskipun barangkali terdapat kesamaan keindahan alamnya. Kearifan lokal baik dari sisi sosial budaya, kuliner, hasil bumi dan lain-lain yang di daerah lain belum tentu ada, yang belum secara optimal ditumbuhkembangkan. Bersama-sama dengan aparat dan stakeholder desa lainnya menjadikan potensi dan karakteritik yang ada akan semakin membuka peluang untuk ditatakerjakan bersama-sama demi kemakmuran masyarakat desa.
Tentunya harus ada yang "rela" untuk menjadi yang didepan dalam sebuah project demi kemajuan desa. Sehingga dari sana akan muncul pekerjaan-pekerjaan yang bisa dimulai dari desa, yang pada akhirnya nanti masyarakat desa tidak perlu lagi merantau ke kota menjadi masyarakat urban, mengurangi kemiskinan perkotaan dan memeratakan lapangan pekerjaan di desa.
Potensi & Karakteristik Desa
Kondisi alam/lingkungan berupa hutan, kebun, hamparan lahan pertanian, aliran sungai, gua, pantai beserta lautnya serta gunung merupakan potensi dan karakteristik tersendiri yang membedakan dengan daerah lain. Meskipun satu daerah dengan daerah lain sama-sama memiliki potensi yang sama misalnya sama-sama memiliki lahan gunung pasti akan ada hal pembeda dari karakteristiknya. Potensi dan karakteristik sebagai modal awal yang dimiliki untuk mengembangkan desanya secara lebih optimal.
Masih banyak hal yang dapat dikembangkan dan dibangun dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan agar masyarakat tidak perlu lagi berbondong-bondong menjadi kaum urban kota, sementara lapangan pekerjaan baru telah tersedia di desa.
Libatkan juga generasi Z (zilenial) yang diharapkan akan mampu menciptakan ide-ide atau bahkan terobosan-terobosan yang menarik dalam rangka back to village atau kembali ke desa.
*****
kota sejuk malang, okt 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H