Mohon tunggu...
om_nanks
om_nanks Mohon Tunggu... Lainnya - nikmati yang tersaji jangan pelit berbagi

☆mantan banker yang jualan kavling☆ ☆merangkum realita bisnis dalam sebuah tulisan☆ ☆penyelesaian kredit bermasalah advisor☆

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Hampa

15 Desember 2022   14:45 Diperbarui: 15 Desember 2022   14:51 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika hampa,

Ketika hati sudah tidak sejalan dengan apa yang sedang dijalani, apalagi jika ditambah oleh sebab lain yang bisa disebut sangatlah prinsip, maka solusinya adalah jalani sesuai kata hati, meskipun mungkin akan berakibat multi efek. Namun keyakinan jika meninggalkan segala sesuatu karena Allah, maka Allah lah yang akan memberikan pengganti yaitu jalan kebaikan lainnya.

Ketika hampa,

Hari ini, tiga tahun yang lalu sebuah gejolak sedang terjadi, kegalauan tiada tara yang berakhir dengan terbangnya sebuah angan yang telah membawanya kemana-mana, tepatnya dilepas terbangkan hingga jauh tak terlihat lagi. Cukup.

Ketika hampa,

Kebiasaan yang telah menjadi biasa, saat menjelang pagi di sepertiga malam terbangun oleh sebuah kenikmatan yaitu bangun dengan sendirinya sesuai Qodarullah meskipun alarm ponsel tak lupa selalu terpasang. Bangun mematikan lampu jalan dan membuka pintu utama sembari mengambil sebuah handuk dijemuran untuk kemudian pergi mandi, wudhu dan melaksanakan sholat Qiyamul Lail. Bersujud dan bersimpuh mewadulkan apa saja kepada Rabb nya, menyesali dan menangisi semua kedzoliman dan kemaksiatan yang telah dilakukan di hari dan masa sebelumnya serta tak lupa memohon ampunan kepadaNya.

Mungkin terlihat klise dimata netijen namun tidak dihadapan Rabb, dan tak bosan-bosannya dijalananinya rutinitas kehidupan yang lebih berkualitas dibandingkan waktu sebelumnya.

Ketika hampa,

Jalanan masih sepi tat kala keluar rumah untuk menuju sebuah tempat ibadah bernama masjid untuk menunaikan ibadah sholat Subuh berjamaah sebelum panggilan adzan berkumandang. Dan kenikmatan itu tak selalu berwujud uang, makanan, kenikmatan fisik, pun kenikmatan batin juga merupakan rejeki yang tidak masuk rekening yang juga patut disyukuri. Alhamdulillah,

Menghadiri majelis taklim merupakan lanjutan dari rangkaian rutinitas pagi yang telah dijalaninya sejak lima tahun terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun