Masa Kecil Hingga Remaja,
Masa kecil yang penuh dengan keceriaan, bermain-main dengan teman sebaya baik di rumah ataupun di sekolah, ada pula yang bermain di sela-sela belajar mengaji di TPQ saat sore hingga menjelang waktu maghrib tiba. Anak-anak tak pernah mengenal strata teman bermain, tak mengenal dirinya anak berpunya atau papa asal merasa enjoy dengan suasana dan lingkungan mereka bermain dan berlari kesana kemari. Hingga di masa tertentu mulai merasa ada yang berbeda diantara mereka, lantas diantara mereka sudah tak sejalan lagi karena kondisi sosial ekonomi yang tidak sama. Dan masa anak-anakpun berakhir.
Berbeda dengan masa anak-anak, masa remaja lebih kepada mencari jati diri, mulai tumbuh jiwa pemberontak. Dulu ketika masih kecil selalu minta diajak kemana-mana jika orangtua pergi, di masa remaja akan sebaliknya, mereka telah menemukan cyrcle nya sendiri dan jarang sekali mau jika turut serta di acara- acara yang orangtua adakan.
Sebagai orangtua yang mempunyai anak yang sedang tumbuh menjadi anak remaja alangkah baiknya berikan perhatian lebih, tidak harus dengan selalu memantau di setiap langkahnya namun berikan kepercayaan dan tanggungjawab yang sesuai porsi anak remaja. Jangan sampai anak remaja salah memilih jalan dan menyesal di kelak kemudian.
Masa-masa Indah di Bangku SMA,
Masa indah di bangku SMA, tak seindah warna aslinya, seperti jargon iklan sebuah produk kamera di masa silam. Masa sekolah khususnya masa-masa di bangku Sekolah Menengah Atas atau sederajat bisa saja Sekolah Kejuruan atau Sekolah Kedinasan, adalah masa yang paling indah untuk nantinya di kenang di masa ketika mereka telah menjadi sosok yang dewasa dan mandiri bahkan telah menjadi menua. Cerita tentang keceriaan, kelucuan, kekonyolan bahkan cerita romantika. Kata mereka, "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" seperti judul film yang diambil dari cerita novel dengan judul yang sama karya Marchella FP.
Masa dimana dunia milik mereka saat kelas X dan XI. Tidak demikian halnya ketika mereka naik ke kelas XII, baik mereka yang akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi ataupun yang karena penyebab tertentu tidak meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih memilih untuk bekerja, atau bekerja sambil kuliah jika masih mempunyai keinginan untuk menimba ilmu. Beban moral yang dipikul oleh anak-anak SMA manakala mereka menginjak di kelas XII, dua pilihan yang sama-sama mempunyai muatan tanggung jawab yang tidak bisa dianggap remeh.
Mereka yang berkeinginan untuk terus melanjutkan kuliah berhadapan dengan beban berat harus lolos ke jenjang perguruan tinggi favorit (baca: PTN), untuk tidak mengecewakan kedua orangtua. Belajar lebih gigih bahkan sebagian yang lain rela merogoh kocek lebih untuk mengikuti bimbingan belajar.
Terdapat sebagian dari mereka yang karena sebab tertentu tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, pilihannya bekerja dengan mengandalkan ijazah SMA. Di satu sisi mereka sudah bukan anak-anak lagi dan telah menyadari bahwa mereka harus segera dapat hidup mandiri, setidaknya berusaha untuk tidak lagi membebani kedua orangtuanya.
Ketika memilih kuliahpun, jika tidak serius menjalaninya hanya menunda status unemployment untuk beberapa tahun ke depan. Faktanya banyak pengangguran intelektual yang dihasilkan perguruan tinggi setiap tahunnya, yang disebabkan belum siap pakainya mereka dalam menghadapi dunia kerja.
Keseriusan kuliah akan menentukan arah sejarah yang akan dijalani, akan menjadi entrepreneur ataupun intrapreneur kesemuanya membutuhkan effort yang tidak kecil, jaringan dan cyrcle yang luas serta dibutuhkan kreatifitas masing-masing individu para mahasiswa selama duduk dibangku kuliah. Kuliah bukan hanya sekedar berangkat dari tempat kost menuju kampus, sesekali ke warung untuk mengisi perut, tetapi harus memanfaatkan fasilitas yang ada di perguruan tinggi sebagai tempat menimba ilmu.
Organisasi kemahasiswaan, ekstrakurikuler olahraga dan seni, biro-biro bentukan kampus yang diperuntukan bagi mahasiswa diantaranya laboratorium, inkubator, Â kelas saham, bahasa inggris, podcast dan lain-lain seyogyanya dimanfaatkan seoptimal mungkin sebagai sarana tempat belajar untuk mengaktualisasikan diri, memperluas cyrcle dan jaringan serta mencoba menggali soft skill dan hard skill supaya segera nampak jelas arah tujuan mereka kemana, bahkan tidak harus menunggu lulus Strata 1.
Harapan besarnya ketika lulus dan menjalani seremonial wisuda, besoknya tidak galau dengan status barunya sebagai pengangguran intelektual tetapi sebaliknya menjadi intra ataupun entrepreneur yang didamba kedua orangtua dan calon pasangan hidup serta calon mertua.
Berharap atas profesi intrapreneur dengan menjadi pekerja pabrik atau pekerja kantoran dengan standart gaji UMR, Â atau memilih menjadi seorang entrepreneur dengan mengawalinya bekerja "ikut orang" untuk suatu bidang UMKM, untuk kemudian setelah dirasa cukup ilmu dan tabungan modal, mereka membuka usaha sendiri. Banyak cara untuk menuju kesuksesan bagi mereka yang mau bergerak dan terus bergerak, segera bangun ketika jatuh, tak usah berlama-lama bermimpi namun segera realisasikan dengan tindakan nyata.
Arah Sejarah Dimulai,
Life begins at 20, arah sejarah dimulai ketika anak-anak lulus SMA dengan rata-rata usia 19+ (baca: sembilan plus). Masa-masa menyenangkan kala masih duduk di bangku kelas X dan XI tinggal menjadi kenangan yang tak terlupakan hingga menua kelak. Seperti yang telah diuraikan diatas, ketika arah jalan penentu di 10 tahun hingga 20 tahun ke depan akan menjadi seperti apa, tergantung saat ini di life begins at 20 atau kehidupan dimulai saat usia menginjak 20 tahun.
Andai pijakan mengarah kepada hal-hal yang positif maka hasilnyapun belum tentu segera positif, masih harus melalui berbagai rintangan dan cobaan. Apalagi jika pijakan mengarah kepada hal-hal yang negatif, dapat dipastikan hasilnya pasti negatif. Pilihan kembali kepada anda sebagai aktor dalam perjalanan kehidupan, mau sukses dengan berusaha keras dalam menerjang rintangan dan cobaan atau sekedar rebahan entah sampai kapan. Lebih baik bersusah payah mengejar cita-cita dikala muda daripada susah dalam menjalani kehidupan di sisa usia saat renta.
Kemandirian,
Life begins at 20, kehidupan dimulai di usia 20 tahun, mandiri sejak usia dini yakni kisaran usia 20 tahun, meski masih dalam masa rintisan dan masih banyak yang harus dipelajari serta finansial yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, patut diapresiasi karena perjuangan baru saja dimulai dan tetap stay tune dalam menghadapi bahtera kehidupan.
Tahapan pertama menuju kemandirian baru saja ditorehkan sebagai pertanda telah dimulainya tulisan cerita kehidupan dan pastikan akan ada goresan-goresan selanjutnya yang akan mengisi ruang dan langkah mantap tanpa keraguan, life begins at 20, semoga Allah selalu memberikan rahmad, ridlo dan hidayah kepada para pejuang muda menuju kemandirian sejak usia dini di umur 20 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H