Menjelang sore perjalanan dilanjutkan menuju ke obyek wisata Sarangan, tempat untuk beristirahat dan melepas penat dari perjalanan sejak pagi tadi. Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih selama setengah jam dengan jarak sekitar 30 km antara kota Magetan-Sarangan, melewati jalanan yang naik dengan kelok lumayan memacu adrenalin sampailah di hotel di sekitar pasar Sarangan, dimana kami menginap semalam sebelum melanjutkan perjalanan pulang melewati jalur selatan, jalur yang baru kali ini akan dilewati.
Hotel tempat menginap masih terlihat bagus, bersih dan nampak sebagai hotel yang ramah keluarga, dengan halaman belakang view pegunungan dan hamparan kebun sayur.
Menjelang malam dan sebelum semuanya terlelap tidur, tak lupa menyempatkan diri untuk menikmati hangatnya sate kelinci di sepanjang koridor telaga Sarangan yang ditemani dengan se cup teh panas dan anak-anak serta istri se cup kopi panas, sekaligus sebagai penyeimbang dinginnya udara pegunungan di malam hari, tentunya bersama-sama anak-anak serta istri tercinta.
Dan malampun berlalu dengan suhu diluar kisaran 16 derajat celcius, cukuplah membuat kami kedinginan karena selama ini terbiasa dengan cuaca dengan suhu 30 derajat celcius bahkan bisa lebih jika di siang hari.
Paginya, setelah sarapan nasi pecel pincuk daun pisang di sekitar area telaga Sarangan, dilanjutkan dengan beberes diri dan perlengkapan serta tak lupa melakukan pengecekan sederhana kelayakan mobil saat hendak dikendarai merupakan ritual pagi yang selalu dijalani manakala sedang travelling.
Selanjutnya jalur yang kami tempuh sesuai dengan rencana di awal, mampir sejenak di pasar kota Magetan untuk membeli oleh-oleh lempeng atau krupuk puli, orang Surabaya menyebutnya demikian atau krupuk gendar kata orang Semarang.
Untuk kemudian meneruskan perjalanan melewati kota Madiun menuju ke arah Ponorogo. Di wilayah Ponorogo kami menunaikan ibadah sholat jumat di sebuah masjid selepas kota Ponorogo sekaligus mengecek kembali kondisi mobil karena sebentar lagi jalur yang akan kami lalui akan melewati pegunungan dengan jalan berkelok dan sebagian hutan hingga memasuki wilayah kabupaten Trenggalek, sesuai seperti yang pernah kami observasi melalui konten di Youtube tentang kondisi jalur trans Jawa Timur sebelah barat selatan.
Kami tunaikan sholat ashar berjamaah di masjid agung Trenggalek, sebuah masjid besar yang berada sekitar alun-alun dan perkantoran pemerintahan sebuah ciri kekhasan kabupaten di Jawa.
Ternyata tubuh perlu juga untuk diisi bahan bakar, kami putuskan untuk makan sore sekaligus makan malam di kota Trenggalek, daripada ditengah-tengah perjalanan masih harus repot mencari tempat makan yang representatif bagi kami, maka kami putuskan untuk mengisi perut di kota Trenggalek, dan kebetulan kami juga mendapatkan referensi tempat makan yang enak dan relatif murah di kota ini dari jamaah sholat yang tadi sempat berbincang-bincang selepas sholat. Ditunjukkannya ke sebuah depot makan yang tak jauh dari masjid, namanya depot makan "counter perut mbah malidi".