Namun untuk membangun relasi yang seperti itu tidaklah mudah, kita harus melewati beberapa tahapan. Salah satu tahapnya adalah menyadari keberagaman yang ada, bahwa kita terdiri dari banyak suku, agama, ras, etnis, bahkan warna kulit. Setelah kita menyadari keberagaman itu, barulah kita akan mengerti bahwa perbedaan yang secara eksistensial terlihat bukanlah perbedaan yang harus dipersoalkan. Pada saat itulah, saat kita bisa memahami semua hal itu, relasi yang baik akan terjadi dengan sendirinya, namun tanpa pemahaman yang mendalam tak akan ada hubungan yang harmonis.
Yesus telah berkorban banyak bagi kita, Ia rela mendertita hingga wafat di kayu salib, maka kita juga harus bangkit dari semua kegelapan ini untuk membuktikan kepada-Nya bahwa pengorbanan-Nya tidaklah sia-sia. Mari kita bangkit menjadi orang yang baru, yang mampu menghargai sesama kita, yang mampu melihat perbedaan itu ada untuk menyatukan kita, mari kita bangkit bersama Kristus.
Daftar Pustaka
Suseno, Franz-Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Pustaka Filsafat
Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hiper-Moralitas. Yogyakarta: Percetakan Belukar.
[1] Lih. Franz Magnis Suseno, Etika Dasar Masalah Pokok Filsafat Moral, Pustaka Filsafat, Jogjakarta: 1987, hal 124.
[2] Lih. Yasraf Amir Piliang , Hiper-Moralitas, Percetakan Belukar, Jogjakarta: 2003, hal 69.
[3] Ibid., hal 73
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI