Pengalaman Pertama dan Utama
Tiga hari menerima pembekalan pree departure di Jakarta dalam kegiatan bertajuk Training Program in China for Excellent Teachers of MOEC Republik of Indonesia, kami mendapat gambaran tempat yang akan dituju. Mulai lingkungan tempat belajar, tempat menginap, makanan halal, dan cuaca saat kami akan berada di sana.
Disinilah saya berkenalan dengan Pak Heri Azhar yang akan mendampingi kami ke China. Â Rupanya Pak Heri adik letting saya semasa kuliah S1 di Universitas Hasanuddin Makassar. Meskipun berbeda jurusan, Ia sastra Inggris, dan Saya Sastra Indonesia, tapi kami cukup saling mengenal. Komunikasi kamipun semakin lancar.
Di gedung utama Kemendikbud, kami dilepas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang didampingi Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Â Bapak Muhadjir Efendi berpesan agar peserta dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan serius dan sungguh-sungguh. Menggunakan kesempatan ini untuk berlatih dan menyerap berbagai ilmu dan keterampilan sebanyak-banyaknya sehingga saat kembali ke tanah air nantinya dapat diaplikasikan dan dimbaskan di tempat bertugas.
Minggu, 3 Maret 2019, pukul 23.30 WIB, Udara dingin menusuk ketika menaiki tangga pesawat Chatay Dragon. Padahal tubuh ini telah dibungkus jaket dan dua lapis baju.
Hawa dingin berlanjut ketika mulai memasuki badan pesawat. Ini kali pertama saya rasakan penerbangan internasional. Berbeda dengan pesawat domestik seperti garuda dan lion air yang pernah saya naiki, pesawat ini jauh lebih besar.
Penumpang pesawat didominasi orang China. Saya menyimpan tas di kabin dan menempati kursi 69, berdekatan dengan Bu Nani, dan Pak Hakim Finalis OGN Mapel Bhs. Indonesia tahun 2018.
Penerbangan dari Jakarta ke Hongkong sekitar 6 jam. Lanjut lagi ke Nanjing sekitar 2 jam. Ketika tiba dibandara Nianjing, kami melakukan sholat di bawah tangga eskalator karena tidak menemukan tempat sholat atau musholla di bandara tersebut.
Hal ini tentu saja menjadi perhatian penumpang pesawat yang lewat dan pegawai bandara. Tapi tidak ada yang menegur atau melarang kami shalat.
Teknologi Pertanian China Modern.
Perjalanan dari bandara Nianjing ke Kota Xuzho ditempuh sekitar 5 jam menggunakan Bus. Udara dingin 80C menusuk tulang karena memang musim dingin melanda China saat bulan maret.
Sepanjang jalan saya perhatikan hamparan tanah gersang. Nyaris tidak ada pepohonan yang daunnya bertahan. Daun-daunnya telah berguguran akibat musim gugur sebelumnya.