Omjay pun diajarinya berhitung dengan menggunakan jari tangan. Tak ada les privat yang Omjay ikuti, dan tak ada bimbel yang Omjay masuki, semua diajarkan oleh ibunda tercinta.
Omjay mencoba berdiskusi kecil dengan Berlian. Omjay coba pahami apa yang ada dalam pikirannya. Omjay coba untuk memahami pola berpikir anak usia  6 tahun.Â
Omjay berusaha mencoba diri untuk menjadi temannya, menjadi tempat curhatnya, dan akhirnya cara Omjay ini berhasil. Omjay berhasil menarik perhatiannya, dan membuatnya tersenyum kembali.Â
Omjay telah membantunya mengatasi masalah dan memudahkan anak dalam belajar. Lalu memberinya pengertian kenapa begini, dan kenapa begitu, sehingga si buah hati paham apa yang dimaksud.Â
Omjay pun menjadi paham potensi apa yang dimiliki oleh Berlian. Ternyata anak ini, memang tidak cocok untuk menjadi seorang matematikawan. Dia lebih cocok untuk menjadi seorang seniman.
Setiap anak dilahirkan memiliki lebih dari satu potensi. Potensi inilah yang harus kita temukan sebagai orang tua agar dapat mengarahkan mereka. Â
Prof. Anita Lie mengatakan, anak adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang dalam setiap fase dengan ciri-ciri dan kebutuhan tertentu.Â
Kekurang pahaman mengenai tahapan perkembangan anak, jika disertai dengan ambisi orang tua terhadap prestasi anak, seringkali mendorong praktik-praktik pengajaran yang justru kontra-produktif, dan akan mengorbankan anak sebagai manusia pembelajar yang alamiah.
Oleh karena itu, jangan sekali-kali mencap anak kita bodoh, dan untuk lebih jelasnya, saya sarankan anda membaca buku "Memudahkan Anak belajar" panduan bagi orang tua yang diterbitkan oleh Kompas (2018) yang  telah tersebar di toko-toko buku atau marketplace.  Selamat Membaca buku tersebut!