Buku antologi ketika berada di titik nol
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
Pagi ini, hari Jumat, Omjay diingatkan kembali ibu Sri Sugiastuti yang biasa disapa bunda Kanjeng. Beliau mengingatkan agar Omjay segera memberikan kata pengantar Buku antologi karya ibu Mugiarni dan kawan-kawan. Terus terang Omjay belum sempat membuatnya.
Kesibukan mengajar dan kegiatan lainnya membuat Omjay baru sempat membuat kata pengantar. Padahal sudah dari kemarin ingin membuatkan kata pengantar. Tapi tenggelam oleh kesibukan yang tiada henti. Akhirnya setelah sholat ashar berjamaah di masjid Baitul Ilmi Labschool Jakarta, Omjay tuliskan kata pengantar ini. Walaupun hanya menggunakan aplikasi WhatsApp.
Buku ketika berada di titik nol sebenarnya sudah Omjay baca sedikit demi sedikit. Isinya tentang pengalaman penulisnya yang telah mengalami kesedihan ketika berada di titik nol.Â
Kisah ketegaran para penulisnya menginspirasi pembaca untuk terus melangkah maju, apapun rintangan yang dihadapi. Buku ini adalah bukti nyata bahwa di balik setiap masalah, selalu ada jalan keluar dan kekuatan untuk bangkit kembali.
Muhasabah Ninu karya Mugiarni contohnya. Kisah ini membuka cerita tentang betapa pentingnya kita harus melakukan refleksi diri ketika ditimpa banyak musibah. Sebab Allah SWT menginginkan kita naik kelas.
Ketika aku merasa sendiri karya Yayuk Eko Rini membuat Omjay melakukan refleksi diri. Mengapa banyak orang tak suka dengan kita? Mungkin ada hal yang masih kurang dalam diri kita.Â
Itulah mengapa kita harus melakukan instrospeksi diri agar tak banyak orang membenci dan mencaci maki. Selevel nabi Muhammad Saw saja ada yang benci. Apalagi kita yang bukan nabi. Pasti ada kekurangan diri yang harus diperbaiki dan terus diperbaiki.
Never say never karya Az Zhara Zhafira membuat kita merenung bahwa Jangan pernah berkata tidak. Justru kita harus bersatu di masa sulit. Jadi ingat lagu Justin Bieber. Never say never yang terkenal itu. lagunya sempat booming di kalangan anak remaja.
https://www.youtube.com/watch?v=_Z5-P9v3F8w
Berpisah untuk meraih surga karya Lis Indrayati juga sangat menarik kisahnya. Membuat Omjay membuka buku lembar demi lembar sampai separuh jiwaku pergi.
Jangan sombong dan sahabat inspiratif juga membuat buku ini menjadi sangat enak dibaca dan perlu diwajibkan untuk dibaca. Tidak hanya sekadar bercerita, penulis juga membagikan berbagai kiat dan strategi yang digunakan untuk tetap tegar dalam menghadapi ujian hidup.
Apalagi bila membaca perjuangan dan ketegaran seorang ibu karya Wartika. Ditambah musibah membawa berkah membuat buku ini menemukan revolusi diri.
Ketika aku merasa terjatuh dan bangkit menggapai sebuah asa karya Tin Nur Usman membuat Omjay teringat dengan pepatah leluhur. Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh.
Titik terendah dalam hidup berasa di dunia lain dan kita harus membuka diri serta lembaran baru walaupun separuh jiwaku pergi. Kita harus mampu menggenggam harapan.
Kisah inspiratif guru dalam membentuk masa depan harus kita siapkan dalam menyiapkan guru di masa depan. Guru harus mampu menjadi guru tangguh berhati cahaya.
Banyak kisah inspiratif dalam buku ini Omjay temukan. Namun Omjay tak ingin mengulasnya secara mendalam. Biar pembaca saja yang mengulasnya lebih detail.
Melalui kisah nyata yang sarat emosi jiwa, pembaca diajak menyelami lika-liku hidup penulisnya yang penuh dengan tantangan. Mereka akhirnya menjadi pemenang dalam tantangan tersebut dan menuliskannya untuk pembaca.
Demikianlah sedikit kata pengantar Omjay guru blogger Indonesia. Semoga dapat memotivasi dan menginspirasi pembaca. Buku yang bagus itu adalah buku yang selesai, dan terbit tepat pada waktunya.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com/about
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H