Mohon tunggu...
Rohmat Kurnia
Rohmat Kurnia Mohon Tunggu... -

Editor, blogger, cyclist, being a good reader for the best writer to be.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Let's Go Green, Let's Gowes

23 September 2013   15:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:30 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: Let's GOWES & Fun Penulis: Rohmat Kurnia Penerbit: Satu Nusa, Bandung Tahun: 2013 Halaman:  218 Harga: Rp22.500,- Akhir-akhir ini fenomena bersepeda mulai menampakkan lagi geliatnya setelah terlena oleh invasi kendaraan bermotor. Seperti yang kita ketahui bahwa sudah lama kita dilenakan oleh berbagai macam merek dan jenis kendaraan bermotor. Apalagi varian yang diberikan juga cukup menggiurkan, mulai dari desain body yang keren hingga spek motor yang tinggi, namun masih tetap terbeli. Maksudnya, tidak mampu beli kontan bisa lewat jalur kredit, tentu saja prosesnya pun cukup mudah pula, hanya modal KTP atau kartu keluarga saja tunggangan favoritpun sudah bisa dimiliki, plus dengan uang muka yang cukup masuk akal dan bersahabat dengan kantong manapun. Lihat saja berbagai merek motor tidak pernah absen menjejali jalanan di jam-jam sibuk. Bahkan motor-motor besar dengan harga di atas 30jt-an kian berseliweran di jalan raya meskipun kondisi lalu lintas yang tidak mendukung cc motor yang jauh di atas motor bebek pada umumnya. Padahal beberapa tahun yang lalu, motor yang tampak gagah dengan striping berototnya itu merupakan salah satu kategori kendaraan mewah sehingga jumlah pajak yang harus dikeluarkan pun cukup fantastis. Kendati demikian, segala sesuatu itu pasti ada masanya. Meskipun pelan, namun tampak pasti masyarakat mulai kembali tertarik untuk kembali mengandalkan dengkul mereka untuk berkativitas harian. Ya, bersepeda menjadi cara alternatif pergi ke tempat kerja dan sekolah atau kampus. Seperti yang dilakukan oleh komunitas Bike to Work (B2W) atau Bike to School (B2S) serta Bike to Campus (B2C). Fenomena ini bisa jadi dikarenakan kejenuhan masyarakat, khususnya masyarakat kota dengan segala kemacetan yang selalu menghiasi keseharian mereka. Ditambah lagi dengan udara kota yang semakin tidak bersahabat lagi karena polusi udara dari kendaraan bermotor. Virus gowes pun semakin menjadi meskipun hanya seminggu sekali, setelah acara Car Free Day (CFD) atau hari bebas kendaraan bermotor benar-benar dilaksanakan. Awalnya hanya di ibu kota, namun saat ini banyak kota-kota besar di Indonesia yang turut pula menyelenggarakan hal yang sama. Memang tampak pelan, namun pasti. Geliat bersepeda ini didukung pula oleh para produsen sepeda. Produsen lokal pun menawarkan aneka jenis sepeda dengan harga yang kompetitif, bahkan dengan kualitas internasional. Bukan hanya itu, bengkel-bengkel sepeda kembali marak meskipun tidak sebanyak bengkel motor, namun cukup meriah. Ini merupakan bukti kebangkitan kembali kereta angin yang dulu pernah berjaya. Bahkan saking maraknya, banyak orang berbondong-bondong membeli sepeda, mulai dari merek lokal hingga merek luar negeri. Meskipun sebagian dari mereka tidak begitu paham dengan anatomi sepeda dan perawatannya. Ini merupakan suatu bukti bahwa virus bersepeda telah benar-benar menjangkiti masyarakat. Hal ini pulalah yang ingin dituangkan penulis “Let’s GOWES and Fun”. Isi dari buku ini pada intinya adalah sebuah ajakan bagi seluruh manusia untuk bersepeda karena manfaatnya bukan hanya raga saja , namun juga jiwa. Dalam buku “Let’s GOWES and Fun”, penulis banyak bertutur tentang asyiknya bersepeda, mulai dari sejarah sepeda, manfaat, bahkan berbagai hal mengenai perawatan sepeda di antaranya bagaimana menangani permasalahan kecil yang terjadi pada sepeda. Buku ini memang cukup sederhana, namun cukup dalam juga karena di dalamnya banyak dibahas segala sesuatu yang berkaitan dengan sepeda, sehingga bisa menjadi referensi bagi siapa saja, khususnya pemula, untuk membeli atau mengatasi permasalahan kecil yang sering terjadi pada sepeda tunggangannya, seperti bagaimanana menangani ban kempes karena gembos atau rantai putus. Gaya bahasa yang digunakan penulis pun cukup sederhana, tidak jelimet sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh siapa saja. Mungkin saja hal tersebut karena penulis berkeinginan virus gowes atau bersepeda yang diidapnya, turut pula tertular kepada siapapun, khususnya kaum pembaca. Jadi, siapapun Anda yang senang gowes atau mulai berpikir untuk gowes, namun masih awam dengan sepeda, buku ini sangat cocok untuk dijadikan batu pijakan untuk lebih intim lagi dengan kendaraan dengkul ini. Juga, tentu saja semakin mendalamai sensasi asyiknya gowes. Jika banyak kelebihan yang ditonjolkan dalam buku ini, pastinya ada kekurangan yang menyertai. Meskipun buku ini ditulis sebagai panduan sepeda untuk siapa saja, namun secara materi tampaknya hanya menyasar para pembaca atau goweser pemula. Mungkin, penulis berkesimpulan bahwa goweser ahli yang sudah mumpuni tidak perlu lagi bahan bacaan karena sudah paham seluk-beluk sepeda dari A-Z. Kendati demikian, sebagai bahan bacaan, buku “Let’s GOWES and Fun” ini masih cukup asyik untuk dibaca karena isinya tidak melulu membicarakan trik dan tips bersepeda dan mengurusi sepeda, namun juga informasi lainnya mengenai sepeda yang perlu untuk diketahui. Bagaimana, penasaran? Baca saja bukunya, ikuti ajakannya, “Let’s GOWES and Fun”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun