3. KONTEN Â BERITA
Sore ini saya melihat di salah satu stasiun tv. Selain jumlah paket dan durasi paket yang tidak seimbang, konten paket berita pun sungguh menyebalkan. Sejumlah paket Capres-Cawapres gacoannya ditayangkan, mulai dari liputan dukungan beberapa orang pada Capres-Cawpres tersebut sampai aksi mereka kampanye. Semua paket berita, kontennya postif. Namun begitu muncul paket Capres-Cawapres lawan, yang tayang cuma satu-satunya paket berita. Itu pun kontennya negatif. Â
Melihat framing content seperti itu, pemirsa jadi dibuat tidak sehat. TV jadi digunakan untuk "mengkritisi" lawan politik. Tayangan tv digunakan untuk mengaburkan kebenaran. Yang juga sering, tv jadi digunakan untuk "kampanye" golongan atau pemilik.Â
4. NARASUMBER Â SOT
Sebenarnya tanpa menghitung berapa jumlah paket berita yang tayang, Anda pasti sudah tahu, tv nasional ini cenderung pro ke Capres-Cawapres mana. Caranya? Kenali narasumber yang muncul. Selain narasumber untuk talk show, narasumber yang muncul tiap sound on taped (SOT) dalam sebuah paket berita.
Di satu tv nasional, ada narasumber yang sampai detik ini masih laku keras. Meski narasumber ini sudah di-bully di media sosial (medsos), karena kebodohan hasil surveinya, namun sejak Pilpres 2014 lalu sampai sekarang masih tetap eksis. Kenapa laku? Sebab, narasumber ini bersedia menjadi juru bicara Capres-Cawapres jagoan pemilik stasiun tv nasional, plus menjadi tameng.
***
Nah, pesan penulis, jika setelah menonton Anda langsung melihat ciri-ciri di atas, segera matikan tv atau segera pindah kanal. Anda sebaiknya mencari info mengenai Capres-Cawapres bukan di stasiun tv buzzer. Sebab, sudah pasti tidak objektif dan menghabiskan waktu.Â
Untuk mencari info yang tepat, pilih stasiun tv yang memang tidak dimiliki oleh petugas parpol.Â
Kenapa penulis minta Anda tinggalkan stasiun tv buzzer? Sebab, Anda akan kena dampak negatif. Apa itu? Anda dan para penonton lain jadi tidak mendapatkan informasi yang benar dan utuh. Anda dan para penonton menjadi bingung: fakta atau rekayasa? Apakah cuma kebohongan yang ditutupi dengan pencitraan.Â
Apa lagi dampak negatifnya? Kita digiring untuk mendukung Capres-Cawapres tertentu (namanya juga buzzer). Terakhir, otak pemirsa dicuci dan akhirnya tidak objektif dalam menilai sosok Capres-Cawapres.