Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Program Director, Pengarah Visual dan Audio dalam Pidato Presiden

2 Juni 2018   15:48 Diperbarui: 2 Juni 2018   16:16 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Bisa saja PD melihat sang Presiden memiliki ciri pada body language --misal tangan-, PD tetap tidak boleh memerintahkan satu kamera mengambil CU tangan sang Presiden. 

Atau mengambil panning dari kiri ke kanan wajah Presiden dengan type of shot CU. Kreativitas dalam pengambilan gambar tak berlaku saat Presiden melakukan pidato. Tak heran, saat Presiden pidato, PD hanya mengambil gambar medium close up (MCU), dimana hanya terlihat sedikit podium sampai kepala.

Selain penata visual, yang tak kalah penting dalam pidato Presiden adalah pengarah audio. Barangkali sebagian dari Anda belum tahu, bahwa setiap pidato Presiden, protokoler membawa podium beserta mic sendiri. 

Podium dan mic adalah satu paket. Staf protokoler akan mengangkat dan menurunkan podium ke dan dari atas panggung. Jadi, untuk mengetahui Presiden itu jadi datang atau tidak ke lokasi untuk memberikan sambutan itu mudah, tinggal lihat podiumnya saja. Jika podium tetap berada di tengah panggung, maka Presiden jadi datang. Jika podium yang sudah diletakkan di tengah panggung digotong lagi oleh staf protokol kepresidenan, maka Presiden batal datang.

Audio sangat penting dalam pidato kepresidenan. Sebenarnya tak cuma pidato Presiden, di acara mana pun audio sangat vital. Kenapa penting? Coba Anda bayangkan, jika Presiden mau berpidato, mic mati. 

Presiden harus mengetuk-ngetuk ujung mic, lalu ucap: "Test...Test...". Sungguh memalukan bukan? Atau di tengah pidato, suara yang dikeluarkan dari sepaker terdengar feedback, sehingga membuat sakit kuping para peserta. 

Makin parah, jika suara Presiden yang sebetulnya agak nge-bass, tiba-tiba berubah cempreng, bahkan cenderung seperti suara bebek. Nah, untuk mengantisipasi masalah audio itulah yang kemudian menjadikan seorang penata suara penting dalam pidato kepresidenan.

Beberapa jam sebelum Presiden masuk ke ruangan dan memberikan sambutan, penata suara sudah menguji semua mic dan sumber suara (baca: speaker). Biasanya di ruangan tempat acara sudah ada perangkat audio (mic dan speaker) beserta mixer audio. Semua perangkat tersebut harus dites dan diatur level audionya. Paket podium dan mic yang dibawa staf protokoler kepresidenan tersebut juga ikut dites. 

Mic Presiden yang dibawa itu disambungkan dengan kabel yang ada di perangkat audio tempat tersebut. Semua dicoba, sampai semuanya sempurna. Bahkan, untuk menjaga kesempurnaan dari gangguan teknis audio, sinyal semua operator seluler semua peserta di-jam (baca: dimatikan) terlebih dahulu. Tujuannya supaya jika sinyal-sinyal telepon peseta tidak menganggu frekuensi audio Presiden.

Meski sudah ditest komposisi visual sang Presiden, namun penata kepresidenan visual tetap memantau kinerja PD di control room. Tentu penata visual kepresidenan tak ingin PD melanggar kesepakatan dalam pengambilan gambar. 

Begitu pula dengan penata suara. Ia harus stand by di depan audio mixer sambil terus memonitor laporan dari staf kepresidenan lain --yang mendengarkan audio di ruang utama bersama peserta--, melalui handy talky (HT)-nya. Sebab, meski saat ditest sudah sempurna, jangan sampai begitu Presiden pidato, ada gangguan teknis yang tak diprediksi muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun