Mohon tunggu...
Lelaki Ombak
Lelaki Ombak Mohon Tunggu... -

diam bagai gunung,bergerak bagai Ombak. Terlahir sebagai Perayu ombak, ombak dan terik jadi kegiatan dalam hidup. lahir di bagian utara Afrika. menyukai surfing. menulis cuma buat coba - coba. Tinggal di Timur Jawa denga pantai yang indah dan ombak yang bagus untuk Surfing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau Akan Mengerti Kenapa Aku Mencintaimu

31 Maret 2010   04:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gemintang begitu pijar cahayanya berkerlipan, awan tipis mungkin malam ini sempurna. Ombak merayu pasir untuk bermanja pada kaki laki – laki pengelana yang sedang gundah bersandar pada batu karang diam. Malam sempurna mungkin untuk sepasang kekasih yang sedang mabuk cinta, tapi tidak dengan si pengelana liar yang sedang kusuk melukis hatinya pada lautan.
“Percuma merayu tujuh lautan untuk membuktikan cintaku padamu, saya bukan lelaki untuk seperti itu. Saya lebih suka diam menikmati cintaku untukmu. Ya Untukmu wahai bidadari angin. Dan kau tau kenapa sampai saya tiba di batas pantai ini. Hanya ingin menyapa wajahmu.” Ah, seperti biasa kau masih menuntutku untuk membuatmu tergila – gila padaku.
Merenung pada malam, merayu sinarnya pada dewi malam untuk mendapatkan mantra cinta yang begitu hebat hingga bisa menaklukan hati bekumu. Masih ada malam selanjutnya dan selalu ada untukmu. Dan lelaki sepertiku ini hanya bisa membaca puisi, puisi tentangmu di batas malam yang penuh dengan warna. Di depan cendelamu dengan kutukan bisu dari kayu – kayu rapuh, melupakan malam untuk membunuh wujudmu. Tapi hati tak pernah sanggup, tak pernah bisa bicara dan tak pernah bisa berkata bahwa saya tak cinta.
Kau mau tau walau aku tak pernah bisa memberi alasan cintaku padamu, tapi kau akan mengerti kenapa aku mencintaimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun