Apalagi kerugian ini juga baru temporal untuk enam bulan saja. Biasanya naik turun itu juga terjadi karena gejolak pasar dunia.
Oleh karena itu, penghakiman sepihak kepada Pertamina yang merugi ini tidak adil. Kita harus melihatnya dalam scope yang lebih luas.
Di sisi lain, meski pada enam bulan terakhir ini terlihat merugi, optimisme untuk Pertamina tetap harus dijaga. Beberapa indikator kebangkitan Pertamina sudah terlihat.
Misalnya, konsumsi BBM dalam negeri telah meningkat. Dari sebelumnya diprediksikan penurunan akan mencapai 20 persen, kini penurunannya menjadi hanya sekitar 12 persen saja.
Peningkatan konsumsi BBM juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Otomatis akan turut memantik sektor lainnya untuk turut bergerak.
Karena itu, kita patut optimis kinerja Pertamina akan tetap positif pada akhir tahun nanti.
Kembali pada pertanyaan di atas, apakah kerugian Pertamina ini wajar? Tentu jawabannya adalah sangat wajar.
Dinamika usaha pasti ada untung dan rugi dalam beberapa tempo, tetapi yang penting adalah mendorong kinerja perusahaan tetap positif pada akhir periode.
Untuk ini, Pertamina masih menunjukkan kinerja yang baik. Dan diprediksi akan tetap untung di akhir tahun nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H