Menghadapi problem ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengungkapkan komitmennya untuk membantu harga biodiesel agar tetap terjangkau di masyarakat.
Dana sisihan dari kegiatan ekspor sawit yang selama ini dihimpun diharapkan bisa membantu harga biodiesel tetap terjangkau dan bermanfaat bagi masyarakat.
"Strategi BPDPKS tugasnya membiayai untuk menutupi gap harga solar dan biodiesel. Untuk itu kita himpun dana yang berasal dari pungutan ekspor produk sawit," kata Direktur BPDKS, Eddy Abdurrachman, dalam acara yang sama.
"Dana tadi kita kelola yang kemudian kita distribusikan, salurkan untuk pengembangan SDM di dalam rangka pengetahuan dan keterampilan petani. Termasuk riset dalam rangka memajukan industri di kelapa sawit, dan juga promosi," sambungnya.
Langkah strategis yang diambil pemerintah bekerjasama dengan Pertamina dan gabungan pengusaha sawit ini patut diapresiasi. Penggunaan olahan sawit untuk bahan bakar akan menyelesaikan banyak masalah. Mulai dari penyerapan CPO hingga problem polusi udara.
Sebagaimana diketahui, biodiesel ini diklaim lebih unggul ketimbang BBM fosil. Misalnya, untuk D-100 (produk bahan bakar nabati), selain lebih ramah lingkungan, juga punya angka cetane lebih tinggi, kadar sulfur lebih rendah, serta emisi gas buang lebih baik.
Jika biodiesel ini terus dikembangkan bukan tak mungkin kita bisa mandiri dari bahan bakar fosil ke depannya. Hal ini bisa menjadi warisan yang sangat baik untuk anak-cucu kita.
Melalui biodiesel ini, sudah saatnya kita menjadi produsen bahan bakar baru dan terbarukan. Sekaligus mewujudkan cita-cita para pendahulu untuk mandiri dan berdaulat energi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H