Hebatnya lagi, BUMN bidang migas kita ini tak hanya puas pada capaian itu saja. Karena setelah sukses memproduksi D-100, Pertamina terus melangkah maju dan siap memproduksi "green energy" lainnya, seperti Green Gasoline dan Green Avtur dari kilang dalam negeri pada tahun-tahun mendatang.
Ini adalah yang pertama di dunia mengingat mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan dalam skala operasional.
Sedangkan ujicoba mengolah minyak sawit menjadi Green Avtur akan dilakukan di akhir tahun 2020 juga di Kilang Cilacap.
Ke depan, Pertamina tidak hanya akan mengembangkan green energy dari CPO atau sawit saja, tetapi juga dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya.
Prinsipnya, perusahaan negara ini akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik, untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional.
Yang jelas, mengolah kelapa sawit menjadi bahan bakar ini saja memiliki manfaat yang sangat besar. Karena Total Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang sangat tinggi.
Hal itu karena sawit adalah bahan baku domestik yang transaksinya dilakukan dengan mata uang rupiah, dengan begitu akan berdampak positif pada pertumbuhan perekonomian nasional.
Misalnya, implementasi program bahan bakar campuran nabati di tahun 2019 telah menghemat devisa negara sebesar Rp 43,8 triliun dan tahun 2020, Pertamina menargetkan penghematan devisa sebesar Rp 63,4 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang.
Upaya untuk mewujudkan bahan bakar nabati yang bersih dan ramah lingkungan ini patut diapresiasi. Apalagi dikerjakan oleh anak-anak bangsa sendiri, dan menggunakan sumber daya kita.
Bila proyek ini berhasil, maka cita-cita founding fathers kita agar Indonesia mandiri dan berdaulat energi akan segera terwujud. Mari kita dukung dan berdoa semoga Indonesia bisa menjadi negara yang maju dengan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Setuju?