Tak terasa 11 tahun sudah saya bergabung dengan Kompasiana. Awalnya saya membuat akun di Kompasiana secara tidak sengaja. Saat itu Tahun 2011, saya berkesempatan mengikuti acara pelatihan di sebuah hotel berbintang. Kesempatan yang sangat jarang dijumpai oleh seorang guru SD seperti saya waktu itu.
Karena di hotel ada fasilitas wifi gratis saya bebas berselancar di dunia maya. Kesempatan ini tentu tidak saya sia-siakan. Apalagi ketika di rumah untuk bisa mengakses internet saya harus mencari lokasi yang kuat signalnya. Kadang pergi ke lapangan atau ke tempat yang lebih tinggi di dekat kuburan desa. Itupun signalnya masih timbul tenggelam seperti gelombang radio angin zaman dulu.
Sebelas tahun bergabung sebagai K-ners ternyata saya baru bisa menulis 224 artikel dengan 6 artikel mendapat label Headline (HL) dari admin dan 139 artikel lainnya pilihan. Sementara 79 artikel sisanya tidak dilabeli apapun.
Jika dilihat dari sisi waktu, angka-angka itu bukanlah prestasi yang layak dibanggakan. Sebab ada K-ners pendatang baru yang dalam hitungan hari mampu mengunggah lebih dari satu tulisan dan mempunyai banyak pengikut sementara saya masih bertahan dengan 56 pengikut.
Namun apalah artinya angka-angka itu, bagi saya mampu bertahan di Kompasiana hingga 11 tahun sudah merupakan kebangggaan tersendiri. Mengapa? Karena sejak bergabung hingga bertahun-tahun saya harus berjuang mencari signal jika ingin mengunggah tulisan. Untuk bisa mengunggah 1 tulisan dalam sehari kadang butuh perjuangan ekstra karena kendala signal.
Pernah suatu hari saya sudah selesai menulis sebuah artikel dan tinggal mengunggah di Kompasiana. Namun apa daya, signal internet hari itu benar-benar tidak bersahabat. Saya sudah membawa laptop dan modem ke mana-mana untuk mencari signal. Bahkan sampai naik ke tebing dekat kuburan desa namun tetap saja tidak berhasil mengunggah tulisan kala itu.
Beruntung beberapa tahun kemudian, di dekat rumah saya berdiri tower dari beberapa perusahaan layanan seluler. Akses internet sudah mulai lancar. Namun ketika akses internet sudah lancar justru kesibukan pekerjaan datang silih berganti. Belum selesai satu tugas sudah datang tugas lain hingga aktivitas menulis terlupakan.
Sekian lama tidak menulis ternyata untuk memulai lagi terasa sangat berat. Kadang ide sudah bermunculan tetapi tak satu pun berhasil dieksekusi menjadi sebuah tulisan. Sudah dicoba berulang-ulang ternyata gagal dan gagal lagi.
Hingga pada 2017 saya ada kesempatan mengikuti kegiatan pelatihan menulis. Dari pelatihan ini saya mendapat energi baru. Semangat untuk kembali menulis meskipun belum bisa secara rutin setiap hari.
Ternyata untuk membangkitkan semangat menulis kembali kemauan saja belum cukup Butuh dukungan dan motivasi dari orang lain. Maka, semangat untuk Saling Kunjung dan Saling Dukung (SKSD) sesama K-ners menjadi sangat penting dalam menggerakkan literasi.