Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Misteri Jaket Berkojong Biru Menteri Baru

25 Desember 2020   04:55 Diperbarui: 26 Desember 2020   02:03 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Pers 6 Calon Menteri Kabinet Indonesia Maju, Istana Merdeka, 22 Desember 2020. (Tangkapan Layar dari kanal YouTube Sekretariat Presiden)

Ada pepatah Jawa yang mengatakan, "Ajining sarira saka busana." Maksudnya bahwa harga diri seseorang bisa dilihat dari cara berpakaiannya. Logikanya, bagaimana orang lain mau menghargai sementara dia sendiri tidak menghargai dirinya dengan cara berpakaian yang benar.

Berbicara tentang gaya berpakaian ada sesuatu yang menggelitik ketika melihat model dan gaya berpakaian para menteri. Kita masih ingat bagaimana Presiden Joko Widodo mengenalkan calon menteri Kabinet Indonesia Maju II. Kala itu, Presiden Jokowi dan para calon menterinya duduk lesehan di teras istana dengan pakaian batik.

Penampilan dan gaya berpakaian seperti itu tentu bukan tanpa maksud. Pasti ada maksud tersembunyi di dalamnya. Apalagi bagi jajaran kabinet yang selama ini identik dengan pakaian resmi jas hitam lengkap dengan asesoris peci dan dasi.

Apa pesan tersembunyi itu? Saya melihatnya sebagai bentuk kesederhanaan. Presiden ingin menunjukkan kepada rakyat dengan mengajak para pembantunya untuk menyederhanakan dalam segala urusan. 

Urusan negara yang pelik dan rumit agar bisa diselesaikan dengan cara yang tepat, sederhana, tidak bertele-tele. Oleh karena itu presiden menekankan agar para menteri tidak bekerja sendiri-sendiri. "Tidak ada visi menteri, adanya visi presiden," begitu penegasan presiden kala itu.

Namun baru setahun kabinet bekerja, para menteri justru sering membuat gaduh. Ada beberapa menteri yang membuat statemen yang menimbulkan polemik berkepanjangan di tengah warga. 

Kinerja para menteri juga sering disorot ketika rapat kerja. Puncaknya dua menteri terkena OTT dan harus berurusan dengan KPK. Maka, resuffle kabinet menjadi pilihan yang tidak bisa ditunda.

Lagi-lagi tentang gaya berpakaian, pada pengumuman kandidat para menteri yang dibacakan oleh presiden dan wakil presiden (22/12/2020), ada sesuatu yang menggelitik perhatian saya. Apa itu? 

Jaket berkojong warna biru (bertutup kepala). Jaket itu dipadu dengan kemeja putih dan celana hitam yang dikenakan para calon pengganti menteri yang diresuffle.

Jaket tersebut konon merupakan keluaran brand Jepang Uniqlo. Menurut Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Triadi Machmudin mengatakan, ada makna tersendiri dari dikenakannya atribut jaket ini. Jaket itu bahannya enak, kalau panas tidak membuat keringat, kalau hujan tidak membuat basah. 

Artinya, setiap orang yang menggunakannya tidak masalah dalam cuaca apa pun. Jadi menteri dapat bekerja kapan saja, dalam suasana apa saja siap bekerja," kata Bey Triadi Machmudin seperti dikutip kompas.com.

Terkait warna biru pada jaket, Bey menjelaskan, hal ini menunjukkan bahwa para menteri harus selalu semangat dalam bekerja. "Warnanya sih keren saja, eye catching, kapan harus tetap segar cerah, ceria, semangat," kata dia.

Keunggulan lain dari jaket tersebut adalah bisa digunakan oleh segala usia, dapat melindungi tubuh dari bahaya sinar UV, melindungi tubuh dari air hujan, serta ringan dan mudah dibawa.

Terlepas dari itu semua, apa makna semua ini? Mungkin tidak beda dari pesan sebelumnya. Jaket bagi saya yang hidup di daerah pegunungan sudah menjadi asesoris wajib. Jaket di samping untuk berlindung dari hawa dingin, tutup kepalanya (kojong) bisa dipakai ketika tiba-tiba turun hujan. 

Di daerah pegunungan, curah hujan cukup tinggi dan kadang bisa turun sewaktu-waktu. Jaket berkojong merupakan solusi praktis dan cocok untuk itu.

Namun seberapa bagus dan mahalnya harga jaket tetap saja bukan pakaian resmi. Jaket adalah kategori pakaian santai. 

Ketika saya hadir dalam acara resmi kedinasan yang di dalamnya berkumandang lagu Indonesia Raya secara spontan hadirin tanpa diminta melepas jaketnya. Itu artinya mereka sadar bahwa jaket bukan pakaian resmi dan tidak layak dipakai saat acara resmi.

Lantas apa maksud para menteri berjaket kojong? Mungkin ada pesan tersembunyi begini, "Mengurus negara itu tidak mudah. Rumit dan pelik. Mari kita urus negeri ini dengan serius tetapi tetap santai. Kepala boleh panas hati harus tetap dingin. 

Syukur ketika tersandung masalah bisa segera menutupi atau berlindung (di balik kojong) agar tidak menambah permasalahan baru." Walluhu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun