Sebagian teman guru menemukan fakta bahwa karakter tulisan siswanya tiba-tiba berubah sejak belajar di rumah. Usut punya usut ternyata siswa tersebut tidak menulis sendiri tugasnya tetapi dituliskan oleh orang tuanya.
Begitulah fenomena yang terjadi sejak siswa melaksanakan pembelajaran di rumah.Orang tua yang seharusnya mendampingi anaknya belajar ternyata tidak sabar. Akhirnya tugas yang seharusnya dikerjakan oleh anak diambil alih oleh orang tuanya.
Kegiatan belajar di rumah seakan tak lepas dari segudang masalah. Baik anak maupun orang tua sama-sama mengeluh. Wabah korona membuat semua hal berubah.Â
Anak-anak yang terbiasa belajar bersama guru di kelas akhirnya menyadari bahwa guru mereka berarti. Para ibu yang kadang ngomel dengan cara guru mengajar pun menyadari bahwa ternyata tidak mudah mendampingi anak belajar.
Lantas bagaimana agar kegiatan belajar anak di rumah dapat efektif? Intinya mendampingi anak belajar, harus sabar. Untuk itu beberapa hal berikut perlu diperhatikan oleh orang tua:
Pertama, mendampingi belajar anak bukan mengerjakan tugas anak. Buang jauh-jauh anggapan bahwa tugas yang diberikan oleh guru adalah pekerjaan yang hasilnya harus sempurna. Jika orang tua beranggapan demikian, maka berbagai cara dilakukan yang penting anaknya mendapat nilai maksimal.
Belajar itu butuh proses. Tugas yang diberikan guru adalah proses yang harus dilalui anak untuk memperoleh kepandaian atau kecakapan tertentu. Jadi ketika hasil pekerjaan anak belum sempurna tidak masalah. Namanya juga latihan. Wajar masih ada kekurangan.
Jadi, jangan sekali-kali orang tua mengerjakan tugas atau pekerjaan anak. Selain tidak melatih kemandirian, juga tidak melatih anak untuk bertanggung jawab. Menyelesaikan tugas adalah tanggung jawab anak, memastikan anak menyelesaikan tugas adalah tanggung jawab orang tua.
Kedua, belajar bukan soal akademis semata. Ada banyak hal yang bisa dipelajari selama anak belajar di rumah. Anak jangan hanya dituntut untuk mengerjakan tugas-tugas akademis dari guru. Mengajarkan anak menyapu, mencuci piring, dan membantu pekerjaan orang tua lainnya juga pembelajaran. Membiasakan anak salat tepat waktu juga pembelajaran. Jadi belajar bukan sekadar mengerjakan tugas yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah.
Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan  Dindikpora Banjarnegara menerapkan BDR dengan kurikulum membantu orang tua. Jadi, tidak salah ketika guru menugaskan siswa berlatih mencuci pakaian, menjemur pakaian, dan sebagainya. Dan, ketika anak mengerjakan tugas itu orang tua sudah tidak bertanya, "Pak, kok anak saya tidak diberi tugas?"
Karena mereka paham bahwa membantu orang tua seperti mencuci pakaian juga proses belajar. Dan dari kegiatan itu banyak hal bisa ditanamkan seperti kemandirian, rela menolong, rasa tanggung jawab, dan masih banyak lagi.