Pertama, jika guru ingin menulis ia harus rajin membaca. Membaca adalah dasar menulis. Tidak ada seorang penulis tanpa ia menjadi seorang pembaca terlebih dahulu. Membaca dalam arti luas; membaca huruf, membaca buku, membaca kejadian, membaca alam dan fenomenanya.
Kedua, berani mencoba adalah awal sukses seorang penulis. Banyak orang ingin menjadi penulis, tetapi ia malas mencoba. Kebanyakan di antara kita adalah orang yang takut gagal. Kegagalan bukan sebagai pelecut meraih prestasi, justru menjadi awal munculnya rasa frustasi. Seorang guru yamg ingin menjadi penulis harus berani mencoba membuat tulisan.
Ketiga, merangkai dan membangun sebuah tulisan harus tahu akan dipergunakan untuk apa tulisan tersebut. Kalau tulisan untuk surat kabar tentu harus dibuat dengan bahasa populer. Tetapi apabila dimaksudkan untuk karya ilmiah, harus menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku pada media yang dituju.Â
Untuk itu sebuah pelatihan yang kontinyu dan terbimbing perlu terus dilakukan. Akan lebih baik apabila memanfaatkan kelompok-kelompok organisasi profesi yang sudah ada sehingga ada saling koreksi antar sesama anggota kelompoknya.
Akhirnya, menulis adalah memberikan warisan kepada generasi penerus. Manusia boleh mati, tetapi ide-idenya akan abadi, terus hidup dalam masyarakat apabila mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan. Jadi, guru yang rajin menulis akan berbuah manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H