Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Datang, Wabah Hilang

27 April 2020   13:25 Diperbarui: 27 April 2020   13:24 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini anak-anak sudah mulai tidak tertib. Grup WA kelas sebagai media komunikasi belajar daring dibanjiri unek-unek mereka. Perasaan resah dan gelisah berkecamuk menjadi satu. 

Tiga puluh anak yang tergabung dalam grup bergantian mengirim pesan. Bahkan tak hanya lewat grup mereka juga berkirim pesan pribadi, panggilan suara, hingga video call saya.

Sebagai guru kelas, saya mulai kewalahan melayani mereka. Sebulan lebih mereka belajar di rumah, rasa jenuh mulai menghampiri mereka. Rindu untuk kembali bersekolah nyaris tak terbendung. 

Namun apa daya, hari ini justru datang surat edaran ke-4 tentang perpanjangan waktu belajar di rumah. Belajar di rumah diperpanjang lagi hingga 1 Juni 2020.

Ketika surat itu saya unggah di grup, anak-anak bersahutan menanggapi. "Waduh!, Sampai kapan?, Astagfirullah!, dan sebagainya disertai berbagai emoticon. Saya maklum dengan reaksi anak-anak, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Saya juga merasakan hal yang sama.

Korona Sekolah Mahal

Setelah membaca pesan yang dikirim anak-anak dan berusaha menenangkan mereka,  saya termenung dan berpikir. Ternyata wabah korona merupakan sekolah yang sangat mahal. Ada banyak pendidikan, pengalaman, dan pengajaran di dalamnya.

Bagaimana tidak mahal? Dalam satu bulan saja sudah banyak korban berjatuhan. Sudah berapa orang kehilangan pekerjaan. Berapa orang yang kesulitan makan. Maka, ketika pemerintah menerapkan PSBB, banyak warga yang tidak mengindahkan. Mereka berdalih kalau tidak keluar kami makan apa? "Keluar kami mati karena korona, di rumah saja kami juga mati kelaparan," begitu kata mereka.

Untuk menjadi lebih baik manusia harus melewati sebuah proses pelajaran atau pengalaman. Pelajaran atau pengalaman itu mungkin pahit dirasakan. Tapi itulah sekolah atau proses kehidupan. 

Jika tidak mau belajar dari pengalaman orang lain maka akan diajarkan sendiri oleh Sang Pencipta. "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'Kami telah beriman,' padahal mereka belum diuji" (QS Al-Ankabut (29) : 2).

Wabah korona telah memberikan banyak pelajaran kepada manusia. Kebiasaan yang sudah berjalan lama tiba-tiba berubah dalam waktu sekejap di segala lini kehidupan. 

Di bidang sosial, budaya, maupun agama. Semua harus bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah juga di rumah. Ayah terpaksa harus menjadi imam shalat, orang tua terpaksa menggantikan peran guru.

Di sisi lain, wabah korona juga mengancam dunia usaha. Banyak pengusaha resah. Entah kapan wabah korona ini akan berakhir. Kondisi ekonomi serba tidak pasti. Hal yang sama dirasakan para petani dan pekerja sektor lainnya.

Korona telah memberikan banyak pelajaran berharga. Kini saatnya untuk muhasabah diri. Ingat keangkuhan dan kelalaian selama ini. Yang dulu lalai menjaga kebersihan, yang dulu ketika azan berkumandang dan masjid dibuka tapi telinga tertutup dan langkah kaki terasa berat menuju masjid, yang dulu akhir ramadan tidak menjemput lailatul qadar tapi sibuk belanja baju baru di mall, dan sebagainya. 

Kini Ramadan datang kembali. Momen yang tepat untuk mendekatkan diri. Saatnya kembali kepada Illahi Rabbi. Di bulan suci ini, dari malam hingga dinihari, bertaqarrub (mendekat) kepada-Nya. 

Menghabiskan waktu bersama keluarga. Melaksanakan salat tarawih berjamaah, salat fardu, membaca Alquran, dan banyak amalan lain. Kita ketuk pintu langit berharap dan memohon ridho-Nya agar segera angkat wabah korona ini. "Semoga Ramadan datang, wabah korona hilang!" Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun