Menulislah selagi tak ada ide. Begitulah ungkapan manis yang sering kita dengar dari narasumber dalam berbagai pelatihan menulis. Mendengar kalimat itu, tentu bagi penulis pemula akan bertambah bingung. Bagaimana tidak, ada ide saja belum tentu bisa menulis, apalagi jika tidak ada ide, apa yang akan diltulis?
Pada titik tertentu kadang kita merasa bingung, apa yang akan ditulis? Jika Anda pernah mengalami kejadian ini, berarti sama. Saya juga. Jika tidak pernah, berarti ada dua kemungkinan, Anda seorang penulis hebat atau sebaliknya tidak pernah menulis.
Jika ditelaah lebih jauh, ungkapan di atas ada benarnya. Orang yang bingung artinya dia masih mau berpikir. Lantas, bagaimana memecahkan kebungungan itu? Ternyata, mereka bingung karena merasa tidak memiliki ide. Pikiran mentok, buntu tak ada yang bisa ditulis.
Padahal orang yang mau berpikr pasti mengetahui bahwa ilmu Allah SWT itu maha luas. Seandainya lautan dijadikan tinta, masih belum cukup untuk menuliskannya. Jadi, tidak ada alasan kita kehabisan ide untuk menulis.
Sebenarnya dari ketiadaan ide saja bisa kita jadikan bahan tulisan. Contohnya; "Saya bingung harus menulis apa. Sejak pagi saya tidak menemukan ide untuk menulis. Pikiran mentok. Buntu seakan semua hal sudah saya tulis. Aku bunging mau menulis apalagi. Dan seterusnya bla bla bla."
Ide bisa juga datang dari sesuatu yang melekat pada diri kita. Seperti anggota badan, tangan misalnya; "Dalam sebuah pelatihan, saya pernah diputarkan sebuah video. Mungkin Anda pernah menonton video ini. Kisah sepasang suami istri (Kalau tidak salah Mark namanya). Istri Marks penyandang disabilitas. Tidak mempunyai kedua tangan.
Namun di balik kekurangan itu justru menjadi kelebihannya. Istri Mark mampu melakukan aktivitas harian tanpa tergantung orang lain. Aktivitas di dalam maupun di luar rumah. Dari memasak, merawat anak, hingga berbelanja. Bahkan kegiatan olahraga fitnes dan renang pun mampu dilakukan tanpa kendala.
Belum usai video diputar, sebagian peserta tak mampu membendung air matanya. Air mata menetes deras membasahi pipi. Â Semua peserta pelatihan merasa trenyuh. Dan seterusnya ... Â Â Â
Bagi seorang guru ide untuk menulis sebenarnya cukup berlimpah. Apa yang dilihat, didengar, dan dilakukan di sekolah bisa dijadikan bahan tulisan. Namun, jika masih belum ada ide, cobalah keluar. Jalan-jalan, lihat kanan kiri sekeliling kita. Lihat tetangga kita, mungkin ada sesuatu yang menarik untuk ditulis.
Begitulah dunia tulis-menulis. Mengalir bagaikan air sungai yang jernih. Terkadang seperti air di dalam sumur tua. Jika airnya jarang ditimba, maka akan menjadi sedikit dan cenderung berlumut. Begitulah menulis. Semakin ide-ide idigali walaupun itu ide sederhana sekalipun, maka akan bermunculan ide-ide cemerlang lainnya.
Seperti tulisan ini, saya buat sambil menunggu anak berlatih membuat keterampilan untuk persiapan lomba siswa berprestasi. Tak terasa lebih dari 400-an kata berhasil ditulis dengan lancar. Jadi, ungakapan "Menulislah selagi tak ada ide!" benar adanya. Tidak percaya? Sila mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H