Istilah mabrur yang dijelaskan pada beberapa kitab fiqh hampir selalu diartikan “maqbul” atau “diterima”. Sedangkan tanda-tanda manusia yang diterima ibadah puasanya antara lain; semakin alim dan rajin dalam beribadah, lebih ramah kepada sesama manusia, lebih dermawan dalam menyumbangkan ilmu, waktu, tenaga dan pikirannya untuk kepentingan dakwah dan masyarakat umum. Selain itu, menjelang akhir Ramadhan dia merasa bersedih. Sebab tidak tahu, apakah tahun depan masih diberi kesempatan menikmati indah dan lezatnya beribadah di bulan Ramadhan atau tidak.
Dalam banyak riwayat dikisahkan bagaimana para sahabat Nabi Muhammad SAW begitu gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan, dan bersedih ketika bulan Ramadhan pergi. Pertanyaannya, sudahkah kita memiliki kualitas seperti itu? Kualitas seperti buah kelapa, makin tua makin bagus minyaknya, dalam arti makin bagus amal ibadah mahdhah dan ibadah muamalahnya. Atau malah justru sebaliknya sepulang menunaikan ibadah haji menjadi manusia ekslusif? Atau selepas puasa Ramadhan menjadi manusia konsumtif?.
Sumber : Suara Muhammadiya No. 10 Tahun 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H