Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Remaja Berkebutuhan Khusus Melukis dengan Disertai Pandangan Mata Batin

11 Januari 2021   14:01 Diperbarui: 12 Januari 2021   04:42 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun 2014 tepatnya pada tanggal 18 sampai 20 Juni, saya beserta rombongan pelatihan tentang pendidikan berkesempatan berkunjung ke SLB Negeri Semarang pimpinan Pak Ciptono. Kunjungan tersebut sebagai puncak acara sekaligus studi banding tentang salah satu dari sekian rangkaian topik pelatihan, yaitu topik tentang konsep sekolah inklusi.

Sebagai gambaran singkat dan sederhana, sekolah inklusi adalah sekolah biasa (siswa yang bukan untuk siswa berkebutuhan khusus) yang mengakomodir atau menerima siswa yang berkebutuhan khusus untuk bersekolah bersama-sama dengan siswa yang biasa. Tidak banyak sekolah yang mampu menerapkannya. Sekolah inklusi memerlukan perhatian, persepsi, konsep, persiapan, serta SDM yang matang.

Dalam rangkaian kunjungan ke SLB Negeri Semarang tersebut, ada satu momen yang sangat menarik perhatian saya, juga peserta lain. Yaitu, ketika seorang remaja berkebutuhan khusus (tunawicara dan tunarungu) mendemonstrasikan kemampuannya, dengan segala kesederhanaan dan kemurahan senyumnya, kepada kami. Ia seorang remaja laki-laki. Usianya waktu itu sekitar 16 atau 17 tahun, masih usia SMA.

Sebetulnya, secara keseluruhan, apa yang kami saksikan di SLB Negeri Semarang yang waktu itu dipimpin oleh Pak Ciptono, sangat-sangat luar biasa. Para siswa berkebutuhan khusus di sana betul-betul digali potensinya sehingga mereka dapat berkarya dengan sangat luar biasa dibalik keterbatasan fisik yang dimiliki. Sehingga tujuan utama siswa belajar di sana agar kelak memiliki kemandirian dan kompetensi atau keterampilan sesuai dengan bakat yang dimiliki.

Misalnya, ada siswa yang sangat piawai memainkan gendang dengan lagu apapun, ada yang mahir bermain piano, ada yang mahir melukis, ada yang memiliki kemampuan bernyanyi luar biasa, dan banyak lagi. Bahkan sekolah tersebut memiliki karya khas dan bernilai ekonomi tinggi dan menjadi icon sekolah tersebut yaitu batik ciprat. Banyak dari kami membeli karya anak-anak luar biasa tersebut sebagai tanda mata.

Di sana mata kami benar-benar terbuka menyaksikan pemandangan luar biasa tentang kehebatan anak-anak berkebutuhan khusus dengan berbagai macam karya dan keahliannya masing-masing. Bahkan jauh melebihi siswa yang biasa (bukan berkebutuhan khusus). Sehingga kami para peserta yang sebagian besar guru dan kepala sekolah, dan sebagian kecil ketua yayasan atau direktur sekolah, dan ada juga seorang yang telah mendirikan yayasan dan akan mendirikan sekolah, tak henti-hentinya berdecak kagum. Bahkan para peserta perempuan, sampai meneteskan air mata haru menyaksikan pemandangan yang luar biasa tersebut. 

Salah satu momen yang menarik dan masih teringat di benak saya adalah ketika seorang remaja laki-laki tunawicara dan tunarungu, melukis semua peserta pelatihan waktu itu dengan sangat cepat (tidak sampai 5 menit untuk setiap lukisan), keren, dan memiliki unsur "kebatinan". Sangat luar biasa.

Bagaimana ia melukis dan kami dilukis? Sebagai gambaran singkat, kami peserta pelatihan berjumlah lebih dari 50 orang. Semuanya dilukis satu persatu oleh beliau.

Jadi, cara melukisnya adalah, kami semua mengantre untuk difoto satu persatu oleh beliau menggunakan kamera digital. Fotonya hanya wajah saja atau sampai pinggang (saya sedikit lupa) dengan berpose biasa saja (formal tanpa gaya). Lalu setiap foto disimpan sesuai namanya masing-masing. Selesai difoto kami dipersilahkan menunggu, sementara beliau melukis kami menggunakan spidol di atas kertas dengan cara melihat wajah kami di dalam kameranya.

Alih-alih menunggu dengan sabar, kami semua berebut mengerumuni beliau yang sedang khusuk melukis satu persatu wajah kami yang sudah ada di kamera digital beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun