Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hujan Turun, Harapan Petani Melambung

5 Januari 2021   15:04 Diperbarui: 5 Januari 2021   15:11 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah padi sistem tadah hujan berusia sekitar 10 hari pasca tanam, di Cibingbin, Kuningan di Jawa Barat. Dokpri

Hore! Hujan turun lagi. Mungkin itu perasaan yang ada di benak bapak ibu tani di kampung kami, di wilayah Cibingbin, Kuningan, Jawa Barat. 

Terang saja, mayoritas penduduk di kampung kami mengandalkan kehidupannya dari sawah dan kebun. Dan apa jadinya jika sawah tak ada air. Apalagi di kampung kami sebagian besar sawah, sawah padi, adalah tadah hujan.

Hujan turun, kehidupan kampung bergeliat kembali.

Dengan turunnya hujan, kesibukan bapak ibu tani di kampung kami dimulai lagi setelah sebelumnya sawah mereka dibiarkan kosong. Dan dengan adanya kesibukan pertanian, roda perekonomian di kampung kami pun semakin bergeliat.

Di musim hujan dimana sawah-sawah tadah hujan kembali digarap, menimbulkan efek domino yang cukup baik bagi perputaran uang di kampung. Misalnya, tukang kuli cangkul akan sibuk melayani order sana dan order sini. Tukang bajak sawah pun demikian. Tukang bensin eceran pun demikian. Juga para pedagang nasi lengko, nasi kuning, dan pedagang lauk-pauk matang akan menemui penghasilan yang berlebih, di musim nyawah ini. Dan sampai kepada pedagang kredit karung, terpal, serta peralatan pertanian lainnya, mendapatkan peningkatan penjualan.

Setelah beberapa pekan padi ditanam, order pekerjaan di sawah masih berlanjut. Yaitu memupuk, semprot anti hama, dan ngagon (membersihkan rumput di seputar tanaman padi). 

Begitulah jika hujan mulai turun. Perekonomian kampung ikut bergeliat seiring harapan para petani tadah hujan yang melambung. Berharap nanti pasca panen padi-padi mereka akan mengisi lumbung. Dan, semoga harga jual padi kering juga melambung seperti harapan mereka. Meski hampir dapat dipastikan harga jual padi akan turun pasca panen raya, dan itulah faktanya setiap musim. Namun harapan mereka tetap sama, semoga harga padi tidak turun. Syukur kalau naik.

Terlahir dan besar sebagai keluarga petani. Menanam padi ibarat denyut nadi kehidupan mereka. Tak menanam padi berarti berhentinya denyut nadi kehidupan. Apapun yang terjadi, semahal apapun harga pupuk dan obat semprot, seberapa pun harga jual padi kering nantinya, seberapa kejam pun hama mendera, mereka tak kan pernah berhenti menanam padi; terutama di musim hujan.

Mungkin itulah gambaran singkat hujan dan fenomena harapan yang membuncah di kampung kami. Hujan benar-benar berkah, seberkah-berkahmya. Hujan turun berarti sawah tadah hujan siap digarap. Dan dengan digarapnya sawah, maka peluang untuk kuli, dan pertumbuhan ekonomi (walau beberapa saat), akan lebih menggeliat dari biasanya.

Semoga hasil panennya berlimpah dan harga jual padi ada perubahan ke arah yang lebih baik. 

Salam.

Catatan: nasi lengko adalah nasi putih dengan lauk pauk tempe orek, mie atau bihun, dan timun iris-iris kecil, ditambah kecap, dan kerupuk. Semua lauk pauk tersebut serba sedikit. Nasinya lumayan banyak. Biasa dijual untuk sarapan pagi. Harganya saat ini, seporsi masih ada yang dua ribu rupiah, lho. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun