Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewujudkan Kebahagiaan dengan Spirit Berbagi walaupun dengan Perbuatan Sederhana

8 Desember 2020   16:49 Diperbarui: 8 Desember 2020   16:59 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup bahagia adalah harapan kita semua. Rasanya tak seorang pun yang tak mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. Siapa pun, di mana pun dan kapan pun, kita semua menginginkan kebahagiaan dalam hidup ini. Plus, setelah kehidupan ini, kita menginginkan kebahagiaan di alam akhirat.

Definisi Bahagia dan Memaknai Kebahagiaan

Bahagia dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti "keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala hal yang menyusahkan)." Pengertian ini sangat ideal sekali. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari tentu kita terkadang atau bahkan sering menemukan sesuatu yang bertentangan dengan kondisi ideal tersebut.

Pengertian bahagia yang dituangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia tersebut sepertinya memang mewakili rasa bahagia yang didambakan oleh setiap orang. Pastinya, siapa yang tidak mau senang, tenteram, dan terbebas dari segala hal yang menyusahkan dalam kehidupan ini? Merdeka sekali kita dengan kondisi seperti ini.

Namun pertanyaannya, apakah kebahagiaan kita terhenti pada keadaan di mana apa yang kita inginkan selalu tercapai, dan kehidupan yang tenteram, adem, senantiasa mengiringi kita? Sepintas mungkin iya, namun sebagai manusia yang dianugerahi oleh Tuhan sebagai makhluk paling sempurna, dengan akal dan hati sebagai pembedanya, rasanya terlalu sederhana jika kebahagiaan dihayati sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan tercapainya keinginan-keinginan kita semata.

Hemat saya, kebahagiaan dapat pula kita maknai dengan kondisi di mana kita dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi kehidupan di sekitar kita. Baik itu dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, dan sosial kemasyarakatan.

Alasannya sederhana, kita hadir ke dunia ini, tak lain dan tak bukan karena pemberian dan anugerah dari Yang Maha Kuasa. Dengan belas-kasih-Nya, kita mendapatkan kehidupan yang tiada duanya di dunia ini.

Selain itu, apa yang kita raih saat ini, jabatan, uang, sanjungan, dan sebagainya, selain dari belas kasih Tuhan Yang Maha Kuasa, juga karena ada peran dan kontribusi dari orang-orang di sekitar kita. Baik itu keluarga, teman, dan orang yang tidak kita kenal sekalipun. Juga berkat alam yang kita naungi.

Berdasarkan hal ini, tidak berlebihan jika kebahagiaan sebenarnya adalah ketika kita dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain.

Misalnya, walaupun sepele, ada rasa bahagia yang saya rasakan ketika membuang paku atau benda berbahaya lainnya di jalan. Sebaliknya, jika saya melihatnya (benda berbahaya tersebut) di jalan dan saya tidak memindahkannya ke tempat aman, ada rasa gelisah (tidak tenang, tidak bahagia) sehingga saya merasa perlu untuk kembali dan memindahkannya.

Pernah suatu ketika di gang tempat tinggal saya, ada tumpukan kayu bekas di saluran air pinggir jalan gang. Tumpukan kayu itu sepertinya sengaja ditaruh sebagai alas agar mobil dapat melalui selokan kecil itu ketika parkir ke depan rumahnya dari gang itu. Maklum, waktu itu musim mudik lebaran (sebelum pandemi Xovid-19).

Yang menjadi masalah adalah pada kayu itu terdapat 2 buah paku ukuran 10 atau 12 (sangat besar) yang masih tertancap. Paku itu miring ke samping sehingga tidak terlindas oleh ban mobil. Ketika pemilik mobil sudah kembali ke Jakarta dan rumahnya kembali kosong, kayu bekas itu tak dipindahkan lagi ke tempatnya. Mungkin karena lupa.

Gang kami kebetulan tempat yang cukup ramai oleh anak-anak setiap hari. Tempat mereka berlarian, bermain kelereng, bertengkar dan baikan lagi, bermain sepeda, dan lain-lain. Maka ketika pertama kali saya tak sengaja melihat kedua paku yang tertancap di kayu itu, saya langsung gelisah dan tidak tenang. Dapat dikatakan juga saya tidak bahagia karenanya.

Terbayang jika paku di sana akan mencelakai siapapun yang melintas, khususnya anak-anak yang suka berlarian dan bermain-main di sana. Termasuk anak saya yang baru berusia 3 tahunan. Maka saya langsung mengambil palu yang ada alat pencongkel pakunya dan membawa papan kecil lalu paku itu saya congkel dan dipindahkan ke tempat yang aman.

Perasaan apa yang muncul setelah itu? Lega, tenang, dan bahagia.

Terkadang saya juga merasa gelisah (kasihan) ketika saya pulang kerja menggunakan sepeda motor, ketika melihat ibu-ibu ataupun bapak-bapak petani yang sudah tua dan berjalan berkilometer di atas aspal yang panas sepulang dari sawah. Apalagi jika mereka membawa rumput, atau apapun bawaan dari sawah mereka.

Dan ketika saya memberikan tumpangan kepada para petani itu, rasanya cukup lega dan tak ada beban yang mengganjal di hati. Terlebih saat mendengar ucapan terima kasih mereka yang tulus dipenuhi senyuman. Dan tak jarang mereka memanjatkan doa terbaik kepada saya sebagai pelengkap rasa terima kasih mereka.

Sebagai catatan, jalanan yang kami lalui itu cukup panjang dan banyak sekali turunan-tanjakan, karenanya cukup melelahkan. Ditambah lagi perjalanan itu dilakukan sekitar pukul satu siang atau lebih, saat sinar matahari sedang panas-panasnya.

Saya berprinsip selagi dapat  membantu orang lain sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, sebisa mungkin akan saya lakukan. Sebab saya rasa itu salah satu cara kita untuk mensyukuri atas nikmat dan anugerah yang tak terhingga dari Tuhan. Dan berharap ada kebahagiaan dan energi positif yang mengalir dari perbuatan tersebut.

Rasanya ada kelegaan dan kebahagiaan tersendiri ketika berbuat demikian.

Atau kita juga bisa menyisihkan sedikit rezeki kita saat keluar dari mini market atau pusat belanjaan lainnya. Kadang di sana disediakan kotak amal untuk anak yatim atau masjid. Dengan memasukkan sedikit rezeki kita ke kotak tersebut, kita telah berpartisipasi dalam menyantuni anak yatim.

Lalu bagaimana dengan berbagi kepada keluarga? Jika kepada orang lain saja kita peduli, tentu kepada keluarga jauh lebih harus peduli.
Jika sedang libur kerja sebisa mungkin saya membantu pekerjaan rumah tangga istri seperti mencuci pakaian, kadang mencuci piring. Jika ke orang lain saja kita membantu apalagi kepada istri dan anak sendiri.

Sebagai seorang suami dan ayah dari anak laki-laki yang sedang dalam masa pertumbuhan, anak saya saat ini berusia 4 tahun setengah. Luar biasa kita dituntut untuk ekstra sabar dan kreatif dalam menangani rasa serba ingin tahu sang anak.

Kadang saya menjadi kuda, sapi, yang ditunggangi anak saya. Termasuk ketika sedang shalat, ketika tiba-tiba anak saya menduduki punggung ketika sujud. Saya pernah mendengar ceramah bahwa nabi sengaja memperlama sujudnya ketika cucunya menaiki punggung beliau. Maka saya pun berusaha mengikuti hal tersebut.

Ini hanya sedikit contoh saja dari luas den kompleksnya hal-hal yang berkaitan baik dengan kehidupan keluarga atau kemasyarakatan. Juga dalam pekerjaan.

Intinya, melalui prinsip berbagi, memberi, atau menyantuni,  kita berusaha meraih dan menghimpun kebahagiaan-kebahagiaan kecil menjadi kebahagiaan yang lebih besar.

Bermula dari hal-hal kecil dan ringan dengan harapan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih besar dan bermakna melalui memberi dan berbagi. Untuk mewujudkan kebahagiaan.

Ada sebuah kisah klasik yang pernah saya dengar dalam sebuah ceramah kuliah subuh waktu saya masih kanak-kanak. Diceritakan oleh sang Kyai bahwa ada seorang wanita yang diselamatkan dari siksa neraka "hanya" karena memberi minum seekor anjing yang sedang kehausan.

Walau kecil, bahkan kepada seekor binatang sekalipun, perbuatan baik kita akan tercatat.

Nabi juga mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menebar kasih sayang melalui sabdanya:

"Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu."

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun