Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rusmini dan Anaknya yang Tidak Tahu Bapaknya

22 November 2020   17:35 Diperbarui: 22 November 2020   17:42 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Gambar diambil dari Portfolio Bogor dan diterbitkan oleh Departemen Pariwisata , Pos & Telekomunikasi Indonesia untuk APEC 1994 via wikipedia.org

Sebulan setengah sudah Rusmini melahirkan anak keduanya itu. Ia menamainya Ahmad. Namun seminggu ini ia tidak bisa menggendong anak lelakinya itu. Ia hanya terbaring lemas di kasurnya. Hanya bangun untuk ke belakang saja.

Sinta dan kakeknya bergantian menggendong Ahmad siang-malam. Kini Ahmad mengonsumsi susu formula. Air susu ibunya tak keluar. Sudah satu minggu.

Pak Rusmini dengan dibantu oleh tetangga dan sanak saudara telah meminta obat dan jampe-jampe kepada kyai atau siapapun yang dianggap pintar. Mereka khawatir dengan kondisi Rusmini dan kasihan dengan pertumbuhan Ahmad.

Sembilan hari yang lalu Rusman datang dengan membawa geledek dan petir ke telinga Rusmini.  jiwanya runtuh. Hatinya hancur berkeping-keping. Pantas saja Rusman tak kunjung pulang. Ia telah terkena hama di Jakarta.

Rusman telah tergoda oleh janda, pekerja warung makan langganannya. Rupanya janda itu telah memikat Rusman yang setiap hari makan di sana. Sampai akhirnya Rusman melupakan istri dan anaknya di kampung.

Waktu terus berputar. Hari berganti, minggu berlalu, bulan berubah menjadi tahun. Kini Ahmad sudah berusia 5 tahun. Ia hanya sekali bertemu bapaknya. Ketika masih merah itu.

Rusmini menjelma menjadi wanita gigih, tangguh, dan kuat sebagai single parent. Ia pernah berjualan gorengan keliling, berjualan sayuran matang keliling, berjualan sayuran mentah, pernah bekerja sebagai ART di Jakarta, dan kini menemukan usaha tetapnya dengan membuka warung bakso di kota kecamatan. Bahkan kini ia memiliki satu karyawan.

Sinta, anak pertamanya, hanya lulus sampai SMP. Dengan bujukan uwanya (Kakaknya ibunya Rusmini) dan dengan air do'a dari kyai setempat, dan tentu atas izin Allah, Sinta mondok di sebuah pesantren salafi.

Dikarenakan kesibukan ibunya, dan kakaknya yang mesantren,  maka Ahmad lebih sering bersama kakeknya yang masih setia sebagai kuli tani dan memelihara sapi paparonnya. Ahmad sering ikut kakeknya ke sawah dan kandang sapi.

Entah ada angina pa, suatu sore di kandang sapi, ahmad berkata pada kakeknya.

"Kek, Bapak Ahmad ke mana?"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun