Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rusmini dan Anaknya yang Tidak Tahu Bapaknya

22 November 2020   17:35 Diperbarui: 22 November 2020   17:42 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Gambar diambil dari Portfolio Bogor dan diterbitkan oleh Departemen Pariwisata , Pos & Telekomunikasi Indonesia untuk APEC 1994 via wikipedia.org

Tangis bayi memecah ketegangan di rumah Pak Rusmini. Nafas lega  dan untaian senyum senang campur getir keluar dari tubuh Rusmini yang basah bermandi keringat. Segenap kekuatan dalam dirinya dikeluarkan untuk melahirkan anak keduanya.

Di tengah perjuangan hidup-mati tersebut. Serta momen haru dan membahagiakan menantikan kehadiran anggota keluarga baru itu, Rusman sang suami, bapaknya anak-anak masih di perantauan. Katanya pekerjaannya masih tanggung.

Bayi mungil itu berkelamin laki-laki. Kelahirannya melengkapi anak pertama Rusmini dan Rusman yang berkelamin perempuan. Sinta namanya. Ia berumur 12 tahun.

Setelah bersih bayi itu diserahkan oleh ibu paraji (dukun beranak) kepada Kakeknya (bapaknya Rusmini) untuk diadzani dan iqomah.

Rusman adalah pekerja bangunan di Jakarta dan sekitarnya. Ia bekerja sesuai ajakan mandor yang berasal dari tetangga desanya yang merupakan desa asal Rusman sendiri. Kadang ada pekerjaan di Bekasi, Bogor, Jakarta, Karawang, juga Tangerang. Ia dan beberapa teman sepekerjaannya dapat pulang sebulan sekali secara bergantian. Atau jika ada kebutuhan mendesak bisa izin pulang. Seperti  saat melahirkan ini.

Namun entah kenapa Rusman tidak pulang. Saat ditelepon, pekerjaan sedang tanggung, jawabnya. Padahal sudah hampir dua bulan ia tidak pulang. Sementara salah satu teman sepekerjaannya yang kebetulan masih satu desa sempat pulang dua minggu yang lalu. Kepadanya Rusmini yang tengah hamil tua berpesan supaya suaminya dapat pulang secepatnya.

Rusmini sendiri selain sebagai ibu rumah tangga bekerja sebagai kuli di sawah. Biasanya ia ikut tandur (kuli tanam padi dengan bayaran padi saat panen nanti. Dan ketika panen Rusmini akan memanen yang ia tanduri).  Sistem bayarannya  5:1. Yaitu, 4 kilo untuk pemilik sawah dan 1 kilo untuk kuli tandur. Maka jika mendapat 100 kilo, kuli tersebut akan dapat 20 kilo padi basah.

Dari hasil kuli tersebut Rusmini kadang sampai mendapat 300 --an kilo padi basah dari beberapa pemilik sawah. Lumayan cukup untuk stok pangan keluarganya. Selain kuli tandur dan panen, Rusmini juga suka ikut ngagon (membersihkan rumput di tanaman padi agar tidak mengganggu pertumbuhan). Melalui kuli ini  Rusmini diupah sebesar 45.000 rupiah. Pekerjaannya dari pagi samapi jam 3-an.

Kaum wanita atau ibu-ibu di kampung Rusmini ini umumnya bekerja sebgagaimana Rusmini. Kaum laki-lakinya kebanyakan merantau sebagai pekerja bangunan. Sementara jika kaum lelakinya sebagai petani tulen alias tidak merantau, maka kaum ibunya pun akan ikut ke sawah setiap hari sebagaimana lelakinya. Para wanita itu mencangkul juga, tandur juga, ngagon juga, panen juga. Bahkan ditambah ikut ngarit (mencari rumput) untuk ternak kambing atau sapi mereka.

Bapaknya Rusmini adalah salah satu yang merupakan petani atau lebih tepatnya kuli tani tulen. Ia hanya memiliki sedikit sawah sehingga selebihnya ia bekerja sebagai kuli tani. Untuk tabungannya, ia mengurus sapi dengan sistem paparon (sapi milik orang lain, jika nanti melahirkan maka anak sapi itu menjadi milik Kakek. Anak kedua dari sapi itu, milik si pemilik. Begitu seterusnya). Namun Pak Rusmini tidak seperti lelaki-lelaki petani tulen yang lain yang dibantu oleh istri-istrinya. Ia sudah tak beristri sejak 15 tahun lalu. Istrinya meninggal karena penyakit lambung kronis.

Jadilah Rusmini anak perempuannya yang menjadi penanggung jawab maslah makanan. Tentu selain itu Rusmini juga sebagai kuli tani. Untungnya anak pertama Rusmini, Sinta, cukup rajin bantu-bantu cuci piring, cuci pakaian, dan lain-lain. Sebelum dan sesudah ia pulang sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun