Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Intrik Politik sampai Pengkhianatan Kakak-Beradik dan Pembunuhan Saudara dalam "Nur Jahan The Queen of Mughal"

21 Juni 2019   14:18 Diperbarui: 21 Juni 2019   14:32 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Novel Nur Jahan the Queen of Mughal. Dokpri.

Dengan kekuatan penuh yang dimiliki Pangeran Khuram dan hilangnya pengaruh Ratu Nur Jahan bersamaan dengan meninggalnya sang suami, Sultan Jahangir, maka Pangeran Khuram dengan mudah melenggang menguasai istana dengan gelar Sultan. Ia lalu dikenal dengan Shah Jahan dan istrinya, Arjumand Banu, yang tak lain adalah anak dari Abul Hasan yang berarti keponakan dari Nur Jahan, mendapatkan gelar Mumtaz Mahal.

Nur Jahan lalu diasingkan di Lahore, jauh dari ibu kota kerajaan, Agra. Sultan Khuram terlalu takut membiarkan janda sultan berkeliaran di wilayah kerajaan. Sementara pangeran Shahryar meninggal pada tahun 1628, setahun setelah kematian Sultan Jahangir. Nur jahan hidup di pengasingan bersama anak satu-satunya, Ladli, bersama cucunya, Arzani, dan pengawal setia Sultan Jahangir dan dirinya, Hoshiyar Khan.

Novel bergenre sejarah ini sangat recomendeed bagi Anda para pecinta sastra. Indu Sundaresan telah berhasil membawa pembacanya mengelana ke sudut-sudut tanah Hindustan dengan alur sejarah kekuasaan Mughal yang diselimuti intrik-intrik dan konflik internal waktu itu. Selain itu, digambarkan pula awal kedatangan pelaut-pelaut Portugis dan Inggris yang sama-sama berebut pengaruhnya di tanah Asia, khususnya India.

Intrik politik, perebutan kekuasan, pengkhiantan antarsaudara, sampai pembunuhan, yang terjadi dalam novel bergenre sejarah ini, kiranya dapat kita jadikan pelajaran bahwa kekusaan selalu menyisakan sejarah kelam. Akan kah ia terulang di masa-masa berikutnya? Tentu itu tergantung manusianya, apakah manusia-manusia di zaman modern ini dapat memetik pelajaran-pelajaran kelam dari masa lalu negaranya masing-masing atau malah mengulangnya dalam bentuk dan waktu yang berbeda.

Nyatanya, di beberapa Negara masih ada konflik atau perang saudara dalam perebutan kekuasaan. Di Negara kita sendiri pernah ada tragedi kelam Gerakan 30 Septemnber 1965. Tentu, kita semua berharap agar di manapun, khusunya di negeri yang kita cintai ini, persatuan dan kesatuan serta perdamaian menjadi landasan dalam berbangsa dan bernegara.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun