Anak-anak Indonesia minim argumentasi, kesederhanaan jawaban dan rasionalitas dari jawaban kadang kurang memberikan kepuasaan. Jika dipaksakan akan merdampak pada kekaburan makna.Â
Hal itu dipengaruhi oleh pemerolehan bahasa (B1 maupun B2) yang lambat. Maka dari itu, peran pembelajaran yang mengarahkan peserta didik berlatih berargumentasi lewat metode diskusi, metode demonstrasi, dan metode lain yang merangsang keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) menjadi penting. Kadang pembelajaran yang baik juga harus ada sedikit paksaan agar terbiasa.Â
Misalnya memaksa peserta didik untuk bisa berargumentasi dalam diskusi, memaksa untuk mempresentasikan hasil kerjanya, memaksa menulis dengan menggunakan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan, dan memaksa berpidato, memberikan dampak positif dalam dirinya.
 Satu hal yang mesti dipertahankan dan tidak hanya tersenyum ketika mendengar kabar pendidikan Amerika adalah kesanggupan untuk belajar lebih banyak lagi. Usia dan faktor kepuasan belajar harus disingkirkan jauh-jauh. Sebab kepuasan belajar dan alasan usia merupakan penghambat kemajuan pendidikan. Semoga, tiga puluh tahun ke depan Indonesia benar-benar menjadi kiblat perhatian ilmu pengetahuan dunia, seperti yang dialami Amerika saat ini.
Penulis:Â
Ahman Sarman
Kepala SMP Negeri 12 Wonosari Kabupaten Boalemo, Gorontalo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H