Sebagiannya lagi mempercayai bahwa pendidikan formal mampu membentuk segala sesuatu yang berlaku dalam pendidikan informal. Sehingga, ada pendidikan formal yang menerapkan sekolah sepanjang hari, tempat penitipan anak sambil belajar, dan lain sebagainya.
Kekeliruan sebagaimana telah diuraikan berdampak pada terjadinya saling curiga antara anak dan orang tua, ketidakpercayaan anak terhadap orang tua, orang tua tidak dijadikan lagi sebagai teladan melainkan sebagai musuh dalam rumah, dan paling fatal lagi lebih mempercayai pikiran sendiri walaupun itu salah daripada mempercayai nasihat orang tua. Jika demikian berefek panjang pada masa depan anak.
Dengan demikian, pendidikan informal tidak dapat dipandang sebelah mata. Coba telusuri peserta didik yang bermasalah di sekolah, pasti ada hal ganjil yang terjadi dalam pendidikan informalnya.Â
Oleh sebab itu, orang tua siapa pun dia, tidak menginginkan satu di antara sekian banyak anggota keluarganya terjerat pada gagalnya pendidikan informal. Kebiasaan-kebiasaan baik yang telah diajarkan oleh orang-orang tua perlu diangkat kembali. Zaman boleh saja maju, pikiran bisa mengglobal, tetapi berbudaya baik tetap mengikuti falsafah budaya kita.
Penulis: Ahman Sarman (Kepala SMP Negeri 12 Wonosari, Kabupaten Boalemo, Gorontalo).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H