Mohon tunggu...
Abdur Rahman
Abdur Rahman Mohon Tunggu... swasta -

Lelaki yang tidak konsisten dalam menulis, kadang selera nulis banyak, dan lebih banyak tidak selera menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Emak dan Apak

3 April 2018   14:20 Diperbarui: 3 April 2018   14:33 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bisa melakukan Vc dengan Apak Emak, ketika ada salah satu anak-anaknya yang pulang ke kampung menjenguk Apak Emak, bisa melihat wajah renta Apak Emak di sana, kalau Apak sih biasanya tidak terlalu antusias ketika di ajak VC karena memang pengelihatan Apak sudah sedikit terganggu akibat umur yang sudah menghampirinnya, jadi bagi Apak , itu biasa aja. Tapi Amak, biasanya yang sangat semangat dan antusias ketika melakukan VC, karena memang itu hal yang jarang terjadi, Amak, dengan sangat riang ketika melihat wajah-wajah anak nya yang ada di sebrang lautan, terlebih ketika melihat ada wajah cucu nya yang menggemaskan meronta-ronta ketika Vc.

|Entah sudah berapa kali, anak-anak Apak Emak, meminta, memohon kepada kedua orang tua kita, agar Apak Amak mau meninggalkan kampungnya, dan pindah ke kota terdekat, tinggal bersama-anaka nya yang tinggal di kota. Rayuan, bujukan, ajakan, hanya sebatas anggukan kepala, Apak Amak, tak pernah benar-benar serius untuk meninggalkan kampungnya, catat! dengan alasan yang kita semua tidak tau pasti, apa alasan yang membuat Apak Amak enggan meninggalkan kampungnya, bergabung bersama anak-nya di kota. Tapi toh, kita, anak-nya, tidak dapat memaksakan  Apak Emak untuk pindah ke kota, dengan alasan apapun itu . Itu hak meraka!

Apapun itu pak mak, mudah-mudah Apak Emak selalu sehat saja, dan selalu dalam lindungNya. Itu saja, lebih dari cukup!

Emak.....

selalu lebih ceria ketika mendapat telp dari anak-anak nya, memang ikatan batin antara Apak dan Amak berbeda, ibu selalu saja merasakan lebih dekat dengan anak-anaknnya, itu yang saya rasakan, terlebih saya anak bungsu, mungkin lebih manja dan ter-. Amak, selalu akan menceritakan mulai dari hal yang ringan, sampai yang berat, dari yang tidak penting, sampai cerita yang di ulang-ulang, yang hanya ingin memperpanjang durasi ngobrol, ingin selalu dekat dan bersama. 

Bahkan terkadang, untuk beberapa hal yang saya anggap sepele, Amak akan menangis di ujung telp nya, sesegukan, bukan karena sedih, tapi lebih karena teringat anaknya yang jauh dari nya, yang tidak bisa di belai nya, yang tidak bisa di masak kan makanan kesukaannya, tidak bisa di ajak ngobrol langsung dan lain-lain. Pernah suatu ketika, di ujung telp, Amak tiba-tiba menangis, perasaan dalam obrolan belum mengobrolkan yang serius, Amak mulai bercerita, mesti saya tidak memintannya, "kemaren di pasar, mendengar lagu Padang (saya lupa judulnya), itu lagu yang sering saya putar setiap hari pas saya pulang lebaran ke kampung", tiba-tiba Amak menangis di pasar, mendengarkan lagu itu, padahal Amak sama sekali tidak mengerti dengan lagu itu, terlebih lagu Padang, hanya karena sering mendengar ketika saya putar di rumah, Amak tiba-tiba teringat dengan saya , yang mana saya sudah kembali ke sebrang lautan meninggalkan Amak. Amak menangis, bukan tanpa alasan, dia kangen dengan saya. titik, tidak usah di tawar. Saya semakin yakin, dalam diamnya, dalam sholatnya, dalam malamnya, Amak sering menangisi saya, tanpa sebab dan alasan yang jelas bagi saya, tapi bagi Amak, tidak ada alasan yang harus di jelaskan untuk dia menangis, ketika mengingat anak-anaknya.

Satu hal yang bisa saya pastikan, untuk memastikan Amak, sehat, tidak terlalu memikirkan anaknya yang ada di sebrang lautan "oman disini sehat mak", apapun kondisinya, setidaknya itu akan membuat-nya tenang dalam tidur.

Pagi ini, seperti biasa, dalam sambungan telp, setelah memastikan semua sehat, ama mulai bercerita tentang kegiatannya hari ini, di mulai dari pagi, memasak nasi untuk suami dan seorang cucunya yang akan berangkat sekolah, memastikan perut suami dan cucunya terisi, walau hanya dengan nasi dan ikan asin andalannya, itu sudah lebih dari cukup untuk di nikmati sehari-hari, tanpa ada kebosanan. 

ama mulai bercerita lagi,

tentang pohon Durian yang ada di sekitar rumah, yang mulai berbunga banyak, dan berharap nanti bunga Durian itu akan menjadi buah Durian yang siap panen, " kalau bungannya jadi semua, InsaAllah, pas Lebaran sudah bisa di panen", dalam hitungan saya, memang biasanya durian akan siap panen setelah masuk sekitar 3 bulan. Ama sudah bericita-cita akan menunggu pohon durian jika sudah waktunya Durian matang, agar ketika buah Durian matang dan jatuh tidak di ambil orang, katanya dengan antusias. Senang sekali mendengarnya, apa lagi kalau itu buah Durian benar-benar terwujud di lebaran, di saat anak-anaknya yang merantau akan pulang berkumpul bersama Amak Apak.

bercerita lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun