Mohon tunggu...
Om Maas
Om Maas Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang perantauan yang tidak pernah bosan utk belajar, mengamati, dan coba memahami dari sudut pandang yang berbeda untuk diterjemahkan dalam kehidupan nyata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FS] Yang Akan Selalu Kurindu

6 September 2013   11:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:16 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_276827" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber foto : Erison J Kambari"][/caption] [No.24] Hujan yang turun hampir sepanjang malam, membuat udara pagi ini terasa segar. Semilir angin sepoi lembut menyapa bulu bulu halus yang sedikit tersingkap.... memaksaku merapatkan jaket yang membalut tubuh tuk sedikit mengusir hawa dingin yang mulai nakal mengelus ragaku. Perlahan,... ku ayun langkah menyapa bibir danau dan bercumbu dengan percikan ombak yang seakan berlari dan mengejar daratan. Pagi yang hening,... ditingkah desah lembut sang bayu, dan kecipak riang ombak nan bergulung malas malasan, menambah syahdu suasana. Ingin kubersiul,... ingin ku bersenandung,... ingin ku berteriak,... tapi urung kulakukan. Tak hendak aku ingin merusak keindahan ini dengan suara sumbangku. Hari ini kukembali menatapmu seperti sepuluh tahun yang lalu. Ingin kurajut kembali helai helai kisah dan romantika percumbuan kita yang selalu setia memenuhi seluruh jagat ingatanku, tiada tangis dan tak kenal kata duka. Meski sesekali kau tampak beringas dengan liuk alun permukaanmu yang bergolak laksana perawan didera birahi. Namun kau selalu tersenyum penuh makna, pabila mentari mulai menyapa bumi dan raga kita. Ah...betapa ku ingin dilahirkan kembali. Namun sayang, sang waktu tak mampu kurayu tuk kembali memulai dengan hitungan baru. Seperti saat ku dengan bebas dan lepas bisa mencumbumu. Ditemani alunan kecipak dayung mungil, goyangan berirama biduk kecilku dan percikan air yang kadang menyapa wajah dibalut desah parau angin pegunungan. Ada secuil cemburu menyeruak di hati tatkala melihat kau bercumbu dengan yang lain. Tapi kusadar, waktu ku telah lewat tergilas roda jaman yang tak pernah lupa tuk berputar. Aku puas dan bangga karena masih bisa menikmati kemolekanmu, masih bisa mengelus dan membelaimu.Meski ku tak pantas lagi untuk menggumuli dirimu.

==oo0oo==

Sepotong Kisah Tentang Anak Danau

Ide cerita :

Dari foto berjudul "Senandung Azan dari Kubah Hijau di Bibir Danau"

Ilustrasi :

"Senandung Azan dari Kubah Hijau di Bibir Danau"

(pesona biru hijau Maninjau, dibidik dari tikungan indah kelok 44 Maninjau /Minggu 13.05.2012)

Karya Erison J Kambari

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akunFiksiana Communitydengan judul : Hasil Karya Fiksi Sensual. Silahkan bergabung di FBFiksiana Community.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun