Mohon tunggu...
Angger Putranto Andreas
Angger Putranto Andreas Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tak jarang pemikiran liar berawal dari tempat berpikir yang liar dan tak biasa... KAMAR MANDI... tempat kita membersihkan diri :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anjingkah Aku?

23 Oktober 2012   05:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin benar kata Charil Anwar... Aku adalah Binatang Jalang... tak sekedar manusia jalang..


Tak ubahnya seekor anjing.. aku hanya diberi makan.. lalu ditinggal oleh "majikanku". Bagi majikanku.. memenuhi kebutuhanku itu sudah lebih dari cukup... pagi.. siang.. malam.. cukup diberi makan... butuh apa lagi? mainan? tempat tinggal? oh majikanku yg baik selalu memberiku itu...


Majikanku nampak baik memang... tapi sekali lagi.. aku hanyalah seekor anjing... aku ada dalam kadang... aku dirantai... aku selalu berada di belakang majikanku... mengikuti kemana tarikan rantai itu pergi.. aku tak bisa memilih jalan sendiri...


Majikanku banyak berharap dariku... berharap menjaga rumahnya.. menjaga harta yg ia banggakan... Aku juga anjing yg ia banggakan.. karena aku anjing dari Ras kelas atas.. tak terlalu atas memang... tapi aku bukanlah anjing kampung... tak jarang ia memamerkan anjing kebanggaannya ini kehadapan teman-temannya... memarkan kehebatanku.. untuk kebangganyanya... untuk prestige-nya... bukan prestige-ku... karena itu ia sangat berharap padaku.. si anjing ras...


bahkan untuk urusan biadab kawin mawin pun majikanku yg mengatur... aku dikawinkan pada musim kawin... dikawinkan dengan anjing pilihannya... aku anjing ras.. baginya tak pantas anjing ras tak pantas kawin dengan anjing kampung...


Benar kata Chairil Anwar... Aku adalah kumpulan dari yang terbuang... di rumah majikanku hanya akulah yang tak bersuara... aku hanya bisa menggonggong... dan aku terbuang di sini... selama rantai itu masih melingkar aku selalu ada di belakang majikanku...


Majikanku sangat cinta padaku... ia takut kehilangan aku... oleh karena itu aku selalu dirantai.. dan ditambatkan pada idealismenya... kadang aku berontak... aku hanya bisa kaing-kaing... yg hanya berbalas dengan triakan majikanku "Diam!! Huussyy Diam!! Sit.. Sit!! Duduk!! Masuk Kandang!!"


Anjingkah aku yang tak bisa bersuara?
Anjingkah aku yang selalu ada di belakang rantai?
Anjingkah aku yang berjalan sesuai dengan tarikan majikanku?
Anjingkah aku yang tak diijinkan kawin dengan pilihanku?


Aku ingin lepas dari rantai itu... aku ingin menunjukan bahwa aku bukanlah Anjing... aku SINGA yang mampu menerkam mimpi, asa, cita dan cintaku... aku mampu meraung... Aku tak pantas tinggal di kandang... Aku adalah Raja Hutan, penguasa Rimba... yang bebas memilih hewan mana yang akan aku hamili... yang bebas menerkam apa saja kapan saja... aku ingin berlarian di hutan.. di depan komplotan singa hutan lainnya...


Tolong tuan... lepaskan rantai itu dari tambatan Idealismemu yg mengikat leherku... jangan biarkan aku mati sebagai anjing ras yang selalu ada di bawah selangkanganmu... ucapku dalam kaing-kaing kebisuan

Salam, Doa, dan Cinta

dari Anjing yang Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun