"Eh maaf ya, ini Om Yus yang di PLN atau yang di Pertamina sih?" (padahal "dia" yang kita maksud adalah Om Yus yang dosen ITB).
Kalau perlu kita isengin dia yuk, wong pake pulsa dia ini, dia juga yang rugi... (siapa suruh berniat nipu kita, hehehe...). Misalnya dia menjawab "PLN" (yang pasti asbun...) , ya terus saja kita layanin kebohongan dia, misalnya kita tanya lagi: "Oh... ini Om Yus yang di PLN Medan ya?"; yang kemungkinan besar dia iya-in... Trus kita tanya lagi: "Eh Om, aku kok jadi ragu nih, soalnya Om kok manggil aku ndak dengan panggilan yang biasa? Apa coba, nama panggilanku..?". Nah dia 'kan pasti bingung dong, menjawabnya pasti tidak "setegas" tadi, karena tadi mah merupakan "pilihan berganda", yang kalau dia tebak-tebak juga bisa saja betul (menurut dugaan dia, padahal kita 'kan sengaja bikin pertanyaan jebakan, yang jawabannya yang betul bukan salah satu dari jawaban-jawaban yang kita jadikan "panduan palsu"); lha yang ini 'kan berupa "pertanyaan terbuka" yang jawabannya bisa apapun. Nah di sini kita tahu bahwa dia pasti ngibul!
Nah ya "Om Kibul", mendingan sampeyan tobat saja deh... Daripada cuma nambah-nambahin dosa! Setuju, 'kan, Om dan Tante sekalian?
Nah, begitu dongengnya, Sodara-sodara.
Sekian dulu dari Om-G ya, sampai jumpa...
Salam,
Om-G.
[Kompasiana.com/Om-G].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H