Dia menjawab: "Nah tuh sudah ingat...".
Om-G: "Waduh maaf ya, nomormu ndak dikenal sih, jadi aja aku ragu-ragu...".
Dia: "Iya, aku nomorku yang lama sudah ndak aktif, tolong dihapus saja ya; aku sekarang pake nomor yang ini...".
Om-G: "Iya... Iya... Hey apa kabar nih? Sudah lama ya kita nggak ketemu..."; dan dimulailah percakapan akrab di antara kami, layaknya dua orang teman yang sudah lama tidak mengobrol...
Setelah beberapa lama percakapan kami berhenti, diakhiri dengan "Kapan-kita kita ketemu ya, biar bisa ngobrol-ngobrol lagi sambil ngopi-ngopi gitu...". "Hayuk deh, ntar kita telepon-teleponan lagi ya...".
Setelah itu, sekitar 20-30 menit, eh dia menelepon lagi... "Eh maaf nih, bisa minta tolong nggak? Tolong kirimin pulsa dong ke nomorku yang ini, seratus ribu aja...".
Di titik ini Om-G jadi nyadar bahwa dia adalah orang yang coba-coba menipu (mungkin dia "anggota GPMP" barangkali ya..? Hehe, bcanda, mana ada GPMP beneran...). Lha gimana nggak, mana ada dosen ITB yang sudah senior kok minta-minta pulsa? Dia 'kan punya istri dan anak yang sudah besar? Kalaupun perlu pulsa, ya tinggal minta tolong kepada salah seorang mereka, 'kan? Daripada bikin story yang aneh seperti ini... [Besoknya Om-G nelepon dan ngobrol langsung dengan Om Yus beneran. Om Yus beneran ini, pasti, membenarkan dugaan Om-G bahwa yang nelepon kemarin mah bukan dia...].
Weleh-weleh... Waktu Om-G bilang begitu kepada si penelepon tadi (yang ngaku-ngaku sebagai "Om Yus"), eh dia malah marah-marah... Pakai bilang segala bahwa Om-G sudah ndak menganggap teman lagi sama dia...
Jadi rasanya tidak ada salahnya kalau kita waspada terhadap modus seperti ini ya, karena setelah Om-G menceritakan "kasus" ini kepada teman-teman, eh beberapa diantaranya bilang pernah mengalami hal serupa, dan bahkan lebih "gawat": pelaku meminta uang beberapa juta rupiah dengan berbagai alasan... Ada yang minta ditalangin dulu untuk mengirim uang kepada anaknya untuk bayar SPP dengan alasan buku tabungannya lagi nggak ketemu, jadi tidak bisa transfer (lha, 'kan bisa via atm atau internet banking?). Ada pula yang minta ditalangin dulu untuk mengirim uang kepada istrinya yang sedang dirawat di rumah sakit (lha bagaimana istrinya bisa ngambil uang ke atm, wong dia sedang dirawat?), dan seterusnya dan sebagainya deh...
Bagaimana "mengatasi" keraguan kita? (Siapa tahu dia ini beneran teman kita yang sedang butuh bantuan...). Untuk ini sebetulnya ada cara yang mudah sekali dijalankan. Misalnya kita jangan terpancing untuk menyebutkan nama duluan, nama yang ada di benak kita, dan kita duga itu adalah nama dia. Kalaupun kita sudah telanjur terpancing, masih gampang kok mengechecknya, misalnya dengan menanyakan beberapa hal yang kalau dia benar-benar orang yang kita duga, pasti dia tahu jawabannya. Kalau perlu dengan "pertanyaan jebakan".
Misalnya begini: