Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beberapa "Cerita Aneh-aneh" pada Saat Berhaji

23 Agustus 2017   09:34 Diperbarui: 23 Agustus 2017   10:03 12894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zamzam Tower di kompleks Abraj Al Bait tempat Mall Abraj dan hotel-hotel berbintang 5. Karena tinggi, bisa dijadikan 'patokan arah'. [Sumber gambar: alshaumroh.com]

Diberi nasihat oleh Om Ustadz, dengan cara yang sangat santun pula, dan dalam semangat beribadah yang menggebu-gebu, ya nurutlah Om-G. Dan alhamdulillah, Om-G sama sekali tidak terserang batuk tuh... Lha, makanya pada saat ditanya oleh teman-teman tentang kenapa Om-G ndak kena batuk, dengan "gaya" Om-G menjelaskan tentang tata cara minum yang baik tadi.

Apa yang terjadi? Malamnya Om-G batuk berat sampai-sampai susah tidur dan mengganggu orang lain! Lha bagaimana ini, sudah "nyombong" kok malah kena batuk? Untungnya Om-G cepat sadar bahwa mungkin Om-G di-capsombong oleh Allah SWT, karena mungkin dalam hati yang terdalam terbersit bahwa Om-G menganggap diri sejajardengan Om Ustadz tadi, padahal mah boro-boro... Jauh tanah ke langit deh antara Om-G dan Om Ustadz mah. Setelah sadar diri, ya beristigfar deh... Lalu, tanpa disadari, Om-G langsung bisa tidur, dan paginya batuknya pun tidak muncul lagi. Alhamdulillah...

Yang jadi masalah, beberapa hari setelah itu, weleh-weleh, kok Bunbun ikut-ikutan kena batuk juga... Wah Om-G jadi bingung nih, dikasih tau jangan ya? Ah akhirnya, la haula wala quwwata illa billah deh, Om-G bilang ke Bunbun tentang yang tadi itu, setelah sebelumnya dalam hati membatin,mohon ampun kepada Allah SWT agar mudah-mudahan tidak terselip rasa sombong di hati Om-G dengan mengatakan 'resep' tadi, karena niat Om-G adalah ingin agar Bunbun tercinta sembuh dari batuknya. You know what? Ternyata malamnya Bunbun langsung sembuh dan Om-G pun tidak batuk-batuk lagi seperti sebelumnya... [Mohon ampun ya Allah, mudah-mudahan pada saat menceritakan ini pun Engkau hilangkan rasa sombong pada diri hamba... Aamiin.Lha Om-G mah rasanya masih sangat tidak pantas disejajarkan dengan Om Ustadz yang pasti jauh lebih banyak dan lebih mendalam pengetahuan agamanya... ].

Cerita berikutnya yang rada lucu diceritakan oleh kakak kandung Om-G dan beberapa teman yang berangkat haji pada tahun yang berbeda, tapi ceritanya mirip-mirip. Pada saat di Masjidil Haram, mereka merasa "Eh ini apa sih... Kok banyak [maaf, Red.] orang item ya..., yang 'gitu' lagi, jangan-jangan sudah beberapa hari ndak mandi nih...". Lha kok setelah punya pemikiran begitu dalam hati, eh ternyata mereka merasa bahwa ke mana pun mereka pergi, ke mana pun mereka bergerak, selalu deh diapit oleh "orang-orang item yang gitu". Lagi wudhu, sewaktu shalat, sewaktu jalan, sewaktu istirahat setelah lelah Thawaf, mereka merasa selalu diapit oleh "orang-orang item yang gitu".

Untungnya mereka segera sadar, dan beristigfar. "Astagfirullahal aziim. Ya Rabb, ampuni hamba. Tidak sepatutnya hamba merasa 'lebih' daripada mereka. Mungkin sekali mereka lebih mulia dalam pandanganMu karena mereka lebih beriman dan lebih bertaqwa daripada hamba...". Dan cling... hilanglah 'pemandangan' tadi... Kalaupun ada orang-orang yang dikaruniai kulit gelap di sekitar mereka ya wajar saja (tapi tidak terus-terusan seperti sebelumnya), lha memang pada saat musim haji (bahkan di luar musim haji, di mana orang-orang melaksanakan ibadah umroh), orang-orang dari segala suku bangsa dengan segala macam warna kulit berdatangan dari seluruh pelosok dunia...

Ini cerita yang lain lagi, yang didapat dari seorang rekan sepemondokan. Sebelum Subuh rupanya ada teman sepemondokan yang, mestinya sih dengan niat baik, mengajak teman-teman sekamarnya untuk shalat Subuh di Masjidil Haram. Tapi ternyata beberapa orang yang diajak itu lebih memilih shalat Subuh di mesjid yang berada di dekat pemondokan. Eh sang teman tadi konon 'ngomel'. "Mumpung sedang di Mekah, mbok yao kita memperbanyak shalat di Masjidil Haram. Kapan lagi...? Kalau di mesjid sebelah rumah sih di Bandung saja, tidak usah ke Mekah...". Sepulangnya dari Masjidil Haram, dia beristirahat. Tapi setelah selesai istirahat, dan ingin berkegiatan yang lain, ternyata dia tidak bisa berjalan kaki, bahkan untuk berdiri pun susah.

Teman yang bercerita tadi langsung 'teg' saja... "Jangan-jangan... Jangan-jangan...",lalu dia menyampaikan kecurigaan-nya itu kepada Bapak Ustadz Ali, Pimpinan KBIH Percikan pada saat itu [Om-G menerima kabar bahwa sekarang Bapak Ustadz Ali sudah almarhum. Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahannya, menerima iman Islamnya dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin]. Pak Ustadz langsung bertindak, beliau berbicara empat mata secara halus dengan si 'korban' tadi, yang langsung ber-istigfar. Hasilnya? Besoknya yang bersangkutan sembuh seperti sedia kala. Wallahu alam bissawab.

Ada cerita yang hampir sejenis... Setelah beberapa hari kami tahu bahwa ternyata ada angkot yang bisa membawa kita ke Masjidil Haram dengan membayar. Nah konon pada suatu hari ada teman yang kelupaan bayar. Eh kemudian dia, sama seperti di cerita yang tadi, tidak bisa berjalan kaki, bahkan untuk berdiri pun susah. Pak Ustadz Ali menyarankan agar dia beristigfar dan membayar ongkos angkot tadi. Lha bagaimana caranya? 'Kan angkotnya banyak dan tidak hafal yang mana? Pak Ustadz Ali menyarankan solusi yang ternyata cukup jitu. Kurang lebih begini kata beliau: "Tuhan Maha Tahu dan Maha Pengampun. Dalam keterbatasan ini kita niatkan saja bahwa kita berniat untk membayar ongkos angkot tadi, dilebihkan juga deh, hitung-hitung bersodaqoh...". Dan idem seperti cerita yang tadi, besoknya langsung sembuh...

Nah itu tadi beberapa cerita tentang pentingnya ber-istigfar. Di bawah ini Om-G akan bercerita tentang "keinginan" yang kontan dikabulkan. Insya Allah cerita-cerita ini pun benar adanya, karena dialami oleh Om-G sendiri, ataupun dialami dan diceritakan oleh orang-orang yang Om-G yakin bahwa mereka berkata benar. Kita mulai saja ya...

Ada dua orang teman yang bercerita secara terpisah (dan tahun berhaji nya pun berbeda), bahwa pada saat beliau-beliau berangkat haji, mendengar bahwa ada teman mereka yang berhaji juga pada tahun itu. Lha karena sudah lama indak basuo, mereka rindu ingin bertemu dengan sang teman tadi, kalau boleh saat di Mekah itu juga. Tapi bagaimana caranya? Ada jutaan orang di Mekah pada saat musim haji. Kalau tidak sepemondokan agaknya susah sekali deh. Walaupun bisa saja pada saat bersamaan mereka sedang sama-sama berada di Masjidil Haram misalnya, tetap saja susah untuk bertemu muka. Bayangkan ada dua jutaan orang di Masjidil Haram (bahkan katanya setelah renovasi Masjidil Haram selesai, masjid ini bisa menampung lebih dari empat juta orang...), yang bisa datang dan pergi dari segala arah mata angin, dari sekian puluh pintu. Sangat tidak mudah untuk 'menemukan'orang yang kita cari.

'Kan ada ponsel? Ya entah kalau sekarang, tapi pada belasan tahun yang lalu pada saat cerita ini terjadi (bahkan pada tujuh tahun yang lalu pada saat Om-G berhaji), kalau kita tetap memakai 'nomor Indonesia',tarif pulsa untuk menelepon maupun ditelepon masih terasa sangat mahal... Dan belum tentu pula kita punya nomor telepon keluarga sang teman untuk menanyakan 'nomor Arab' sang teman tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun