Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mau Pelihara Ikan Tapi Malas Menguras Kolam? Ini Solusi Praktis Agar Berbulan-Bulan Tidak Usah Menguras Kolam

15 Oktober 2016   10:03 Diperbarui: 18 Oktober 2016   14:07 7773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Skema Penyusunan Kaca Pada “Perangkap Kotoran Air Kolam” (bikinan sendiri)

Om dan Tante ingin memelihara ikan di kolam hias di pekarangan atau di ruang keluarga, tetapi segan memulainya (lagi) karena malas bersibuk diri untuk menguras kolam? Walaupun kolam kita sudah memakai pompa untuk sirkulasi air, mestinya kolam itu kita kuras secara berkala, misalnya seminggu sekali, agar air kolam tidak keruh. Tapi masuk akal juga sih kalau kita malas menguras kolam seminggu sekali.  Saat  weekend enaknya ‘kan kita leyeh-leyeh beristirahat, lha ini kok malah ngurusin kolam... Tapi jangan kuatir, Sodara-sodara... Dengan cara sederhana dan murah meriah yang akan Om-G ceritain ini, masalah tadi akan teratasi dengan tuntas. Tenan! Lha Om-G sudah setahun lebih ndak menguras kolam ikan di pekarangan, tapi tetap jernih tuh, airnya. Kalau kata Om Bulé mah I give you one hundred percent guarantee, deh...

--------

Konon memelihara binatang peliharaan bagus untuk kita, katanya sih bisa menenteramkan pikiran dan mengurangi stress. Jenisnya bisa dipilih yang kita suka, bisa kucing, anjing, ular, iguana, kuda, burung berkicau, ikan, atau lainnya. Tapi selain masalah harganya, kadang pilihan itu harus disesuaikan dengan keadaan kita. Bisa tidak kita mengurusnya dengan baik, misalnya memandikan, menyisir, memberi makan, membersihkan kandang dan kotorannya, dan sebagainya. Juga harus kita perhatikan space yang ada agar mereka masih bisa bergerakdengan leluasa.

Om-G mah memilih untuk memelihara ikan di kolam kecil di pekarangan. Kenapa ikan, dan kenapa tidak diakuarium, Om-G? Yé ya suka-suka atuh... Kata orang, tentang kesukaan mah ‘kan ndak bisa diperdebatkan... Tapi kalau Om-G boleh buka rahasia [halah, kayak rahasia apaan aja...], Om-G memilih untuk memelihara ikan di kolam kecil itu dengan alasan-alasan berikut ini:

  • Pengadaan kolam dan ikannya relatif tidak mahal,
  • Perawatan kolam nggak ribet [khususnya kalau sudah menerapkan cara Om-G ini],
  • Merawat ikannya juga nggak ribet, ikan mah ‘kan nggak perlu dimandiin, disisirin, dibuang bekas BAB-nya, dan sebagainya, dan, ini juga sering menjadi penting:
  • Tidak usah kutir walaupun harus menginggalkan rumah tanpa ada yang menjaga ―seperti pada saat mudik Lebaran misalnya―, karena ikan mah ditinggal beberapa hari tanpa diberi makanan tambahan juga masih tetap sehat sejahtera riang gembira berenang dan bercanda ke sana ke mari...

Tapi ada story-nya juga sih... Dulu, setelah kolam kecilnya jadi, sekitar 1,5 x 1 x 0,6 meter, Om-G lalu mengisinya  dengan bersemangat (eh dengan ikan deng...), dan dengan bersemangat pula memberi makan ikan-ikan itu. Setelah beberapa hari ternyata air kolam menjadi keruh sekali, walaupun sudah memakai pompa untuk sirkulasi air yang memakai penyaring air juga. Wah, jadi nggak indah lagi deh. Selain kolamnya yang jadi nggak indah, ikannya juga jadi nggak kelihatun...

Ya sudah, Om-G kuras deh itu kolam. Lumayan juga, sekitar 1,5-2 jam setiap kali menguras kolam. Tadinya mah masih sumanget membersihkan kolam 2x seminggu... Nggak sampai sebulan, frekuensinya turun menjadi seminggu sekali, lalu dua minggu sekali...

Lalu, ôh là là..., ikan-ikan di kolam pada meninggal, ngambang... Ihiks ihiks...

Segera dilakukan tindakan: kolam dikuras, diisi air, lalu diisi lagi dengan ikan, sekarang dipilih jenis-jenis ikan yang menurut perkiraan lebih “tahan banting”... Dilupakan deh itu ikan Koi yang geboy-geboy indah... Lalu balik lagi ritual menguras kolam 2x seminggu, 1x seminggu, 1x 2 minggu... Lalu ikan-ikannya pada meninggal lagi... Lalu siklus ini berulang...

Ternyata sukar sekali menghilangkan kemalasan kita ya? Sampai sampai akhirnya give-up deh. Karena merasa nggak sanggup (halah lebay, sebetetulnya mah bukan nggak sanggup, tapi nggak mau...), dibiarkanlah itu kolam kering kerontang selama berbulan-bulan.

Berbulan-bulan... berbulan-bulan... sampai akhirnya akhirnya bertemulah Om-G dengan seorang tukang ikan hias dan ngobrol cukup lama dengan beliau ini. Jreng-jreng... tenyata resep dari beliau ini sangat mujarab. Setelah itu Om-G jadi bisa jadi menikmati keindahan ikan-ikan yang bergerak lincah di kolam, tanpa satu kali pun kena kewajiban untuk menguras kolam. Sudah lebih dari setahun tanpa menguras kolam, eh airnya anteng saja tuh, tetap jernih... Alhamdulillah...

Mungkin saja ini juga masih jauh dari sempurna, lha Om-G mah memang bukan sarjana bidang perikanan, tapi Om-G sudah mencobanya, dan hasilnya cukup memuaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun